[caption id="attachment_312132" align="aligncenter" width="576" caption="Rahmantri meminum langsung air PKS. Ft Bewe"][/caption]
Air tanah dalam, jernih keluar dari lempengan batu. Letaknya di kaki Gunung Api Purba (GAP). Di musim kering, agak surut, tetapi stabil, padahal sungai di dekatnya total kerontang. Air tanah dalam, diyakini bisa menjadi obat. Terkait dengan keperluan pariwisata, air tanah dalam yang macur itu lolos dari perhatian dinas Pariwisata.
Secara teoristis, Andis M Ramdan dan kawan-kawan, dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan bumi dan antariksa pernah menulis, jumlah air tanah hanya 0,75% dari total air yang ada di bumi. Mahasiswa MIPA pada Fakultas Sunan Gunungjati itu memaparkan, ada dua jenis air tanah: pertama air tanah dangkal, kedua air tanah dalam.
Air tanah dangkal, menurut Andis dkk, wujud fisiknya adalah sumur gali. Sementara air tanah dalam, berada di antara dua lapisan batuan yang kedap air, yang poluper disebut dengan akuifer tertekan.
Air tanah dalam, bisa memancar keluar dari akuifer secara alami melalui dua cara. Pertama, melaui sumur artesis yang terbentuk. Artinya, akuifer yang berada di antara dua lapisan batuan kedap air, mempunyai kemiringan, sehingga air mengalir ke bawah karena gravitasi. Yang kedua Kalau tidak lewat sumur artesis, pastinya melalui retakan batu yang menyundul lapisan kedap air. Lewat retakan itu air memancar ke luar.
Tepian sungai Bobung, Desa Putat, Keamatan Patuk, Gunungkidul, ada air memancar ke luar melalui retakan batu hitam, sesuai teori yang dipaparkan Andis dkk. “Debit air memang belum pernah diukur, tetapi di musim kemarau, air itu terus memancar jernih,” Kata Rahmantri Yusufi (43) tokoh pemuda, yang rumah tinggalnya berjarak 100 m dari air mancur itu.
Pancuran Kedung Sono (PKS), demikian warga dusun Bobung menyebutnya, berada peris di 5 km arah selatan dari puncak GAP. Diduga, sumber air tanah dalam itu berkaitan erat dengan GAP. “Saya, bersama kelompok Karangtaruna, melakukan pembenahan lingkungan PKS,” kata Rahmantri, saat berbincang dengan wartawan di lokasi, Sabtu siang 15/2/2014.
Dalam waktu dekat, potensi PKS akan dilaporkan ke dinas Pariwisata Gunungkidul, guna memperoleh dana untuk penataan lingkungan. Menurut Rahmantri, PKS tetap memancurkan air jernih, meski sungai yang melewati tebing itu kering di musim kemarau.
Tanpa ragu, Rahmantri mendemonstrasikan meminum langsung air mancur itu. Menurutnya, banyak yang memanfaatkan air PKS untuk keperluan pengobatan. Untuk menyembukan penyakit apa, dia tidak menjelaskan.
Berjarak 10 m dari PKS ada sumber lain. Warga setempat menyebut dengan istilah lokal ‘belik’. Mandi di belik, meski menghabiskan 1 sabun, kulit tetap berasa licin. Begitu ‘cuci bilas’ dengan air PKS, kulit menjadi ‘kesat’.
Berita Terkait http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2014/02/10/kepala-gap-bidadari-kaki-gap-betis-perawan-634138.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H