Duka cita prajurit mati muda itu sedemikiaan jelas, “Kami Cuma tulang-tulang berserakan. Tetapi adalah kepunyaanmu. Kaulah yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan. Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenganan dan harapan.”
Keputusasaan itu ternyata juga menggelayuti para arwah, prajuritmati muda. Terlebih Letnan Dua Sugiman, yang kuburannya tidak pernah diurus oleh keluarga, apa lagi negara.
Letda Sugiman terbaring di Sambi Pitu, Bunder, Patuk, Gunungkidul tanpa kembang kiriman. Wajahnya tertunduk menatap lalu-lalang demokrasi yang tak berujungtak berpangkal. Di alam kubur selama 65 tahun, sejak 6/3/1949, prajurit Sugiman masih juga menderita, lantaran menonton proses demokrasi sebuah bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H