Mohon tunggu...
Sedang Bambank
Sedang Bambank Mohon Tunggu... -

STATUS: Terbosen

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(Bukan FSC) Surat-surat Cinta

12 Agustus 2011   15:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:51 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_124949" align="aligncenter" width="400" caption="ungustrobery.blogspot.com"][/caption] “Selamat pagi kanda, boleh saya masuk?” sesosok wanita berdiri di depan pintu kamar yang tak pernah ditutup. “Bangun sayang”, kukecup wanita yang  semalam tidur denganku, kemudian, “kemarilah”, tanganku melambai ke arah wanita yang berdiri di depan pintu. “Ada apa sayang?” ketika bibirnya akan kucium, dia menyodorkan dua buah sampul surat. “Dari siapa?”, pertanyaan yang tak perlu dijawab, karena mataku segera membaca pengirimnya. Dari istriku dan juga anakku. “Tinggalkan aku sendiri”, segera setelah dua wanita itu kucium, mereka keluar kamar. Aku bangkit dari ranjang, menuju tepi jendela, mencari pencahayaan. Dengan penuh haru dan tak sabar, kubuka sampul surat. Sengaja kupilih yang pertama dari anakku. ---------------------------------------------------------- Kepada Ayahku, Ayah, ini Andika. Andika sekarang kelas 2 Ayah, sudah bisa membaca dan menulis surat untuk Ayah. Ayah, sebentar lagi bulan puasa, apakah di sana Ayah juga berpuasa? Kata bunda, Andika harus belajar berpuasa Ayah, mohon doa restunya ya Ayah, biar kuat puasanya sampai selesai. Andika juga berjanji akan rajin belajar supaya jadi anak yang pintar seperti Ayah. Sudah ya Ayah, Andika sayang Ayah, Bunda juga sayang Ayah. Besok lebaran Andika kirimi surat lagi. Andika Sejurus aku tak mampu berkata-kata setelah menyimak kalimat-kalimat anakku. Hingga tak sadar kusobek sampul kedua, surat dari istriku. Ayah, cintaku.. Ini tahun ke tiga sudah Ayah meninggalkan kami, istrimu dan anakmu Andika. Hatiku masih teramat sangat sakit, Ayah melanggar sumpah kita berdua untuk sehidup semati, tapi Ayah pergi meninggalkan kami begitu saja. Tapi demi buah cinta kita, kuteguhkan diriku untuk selalu kuat dan tegar. Dan aku yakin, bahwa kita kelak akan bersatu lagi, karena itulah aku tetap dan akan selalu menyintaimu Ayah. Istrimu, yang sangat merindukanmu. ----------------------------------------------------------------------------------- Hari Minggu, siang hari. “Andika..besok sudah mulai puasa sayang, nanti sore kita menjenguk Ayah yuk..” “Bunda, menulis surat buat Ayah boleh tidak?” “Boleh sayang, nanti Bunda akan menulis surat juga, ya sudah, sana tulis suratnya dulu, setelah itu mandi, terus kita berangkat ya..” “Ya Bunda, Dika tulis dulu di kamar ya..” Demikianlah, sorenya  ibu dan anak itu memasuki sebuah pemakaman. Di depan sebuah nisan yang bertuliskan: Bambank, meninggal 2 Agustus 2008, mereka mengubur surat-surat yang telah dipersiapkan. ------------------------------------------------------------------------------------- Untuk SurNat, bagian saya selesai Mayor. :D Fiksi ini dibuat untuk menyambut Festival Surat Cinta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun