Mohon tunggu...
Bambang Widodo
Bambang Widodo Mohon Tunggu... -

....masa terbaik dalam hidup seseorang adalah masa ia dapat menggunakan kebebasan yang telah direbutnya sendiri (pram. ananta toer)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Miris… Dua Balitanya Di Racun

27 Desember 2012   18:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:56 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13566339131708524675

[caption id="attachment_216965" align="alignnone" width="150" caption="Tri Kurniawati di papah Sri Rahayu Ningsih kakaknya"][/caption] *Tak Dapat Jatah Beras Miskin Kasus percobaan bunuh diri dengan latar belakang ekonomi yang dilakukan Tri Kurniawati (35) dengan mengajak dua anaknya yang masih balita minum racun tikus, ternyata berkaitan dengan sistem pendistrubusian beras miskin (raskin). Seorang ibu bersama dua anaknya yang masih balita terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Ketiganya mengalami keracunan setelah meminum racun tikus. Ya, mereka sekeluarga baru saja mengalami prahara. Prahara yang dimulai dari persoalan rumah tangga sehari-hari, ditambah peliknya permasalahan ekonomi. Ibu rumah tangga ini bernama Tri Kurniawati. Usianya masih tergolong muda (31). Perempuan yang tinggal menetap indekost di lingkungan Kelurahan Banaran Kecamatan Pesantren itu, nekat melakukan percobaan bunuh diri dengan mengajak dua putra putrinya yang masih berusia di balita. Karuan saja, kejadian ini membuat gempar masyarakat di lingkungan sekitar tempat tinggal korban. Beruntung peristiwa ini cepat diketahui oleh suami korban Rony Setiawan (31), sehingga nyawa ketiganya dapat diselamatkan, setelah diberi pertolongan dibawah ke Rumah Sakit. Data yang dihimpun TABLOID 8 dari berbagai sumber, menyebutkan Tri Kurniawati memilih jalan pintas bunuh diri lantaran sebelumnya kerap kali terlibat selisih paham dengan suaminya yang dikenal mempunyai sifat tempramental. Disamping itu kehidupan perekonomian mereka yang serba pas-pasan semakin membuat beban piskologis perempuan kelahiran Kecamatan Wates tersebut. Tri Kurniawati akhirnya mengalami tekanan batin, hingga akhirnya mengambil jalan pintas dengan membunuh dirinya sendiri. Dalam hati kecil Tri Kurniawati, ia tidak mau mati sendirian melainkan harus ditemani dua anaknya. Diam-diam tanpa sepengetahuan anaknya, ia mengoplos susu yang biasa diminum oleh Pandu (4,5) serta Eva (3,5) dengan racun tikus. Setelah melihat putra putrinya dalam kondisi sekarat, barulah giliran Tri Kurniawati yang meminum racun tikus itu. Caranya, agar reaksi racun cepat bekerja menyebar ke seluruh organ tubuh ia menaruh racun di dalam kapsul. Rony Setiawan, yang saat itu tidak sedang berada di rumah, lantaran harus menjajakan dagangannya, tiba-tiba merasakan firasat buruk, dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah. Pria yang usianya belum paruh baya itu tidak melanjutkan jualannya. Rony sendiri sehari-harinya sebagai pedagang asongan di atas bus. Sepulang dari rumah Rony terkejut melihat kondisi kedua anaknya sekarat mengeluarkan buih berwana putih dari mulutnya. Rony sempat menanyakan kejadian ini kepada isterinya, namun Tri Kurniawati membisu tidak mau menjawab. Melihat kondisi tubuh anaknya yang terus melemah, Rony berteriak meminta pertolongan tetangga kost, untuk diantar membawa Pandu dan Eva ke Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran. Warga yang mengetahui adanya peristiwa percobaan bunuh diri langsung melapor ke Polsek Pesantren. Tidak Terdaftar Warga Miskin Tri Kurniawati kemudian diantar petugas reskrim Polsek Pesantren ke Rumah Sakit Bhayangkara Kediri guna menjalani perawatan sekaligus permintaan Visum Et Repertum. “Ketika dibawah kemari kondisi pasien masih sadar. Namun untuk penanganan pertamanya kita sudah lakukan upaya observasi,” terang Dr Yahya Maulana selaku dokter Jaga Rumah Sakit Bhayangkara Kediri. Sebaliknya, kondisi kesehatan yang dialami Pandu dan Eva justru semakin memburuk. Berselang tiga hari kemudian, setelah menjalani perawatan di ruang ICU, Sentot Imam Suprapto selaku Direktur RSUD Gambiran Kediri memberikan keterangan kepada sejumlah wartawan jika kondisi Pandu dan Eva kini berangsur membaik. “Kemungkinan beberapa hari lagi mereka sudah diijinkan pulang. Sekarang ini mereka sudah dipindahkan, dari sebelumnya di Ruang ICU Observasi kini menempati ruang perawatan biasa,” kata Dr Sentot. Sementara itu Tri Kurniawati yang semula dirawat di RS Bhayangkara Kediri, dirujuk ke RSUD Gambiran. “Bagi ibunya, masih belum kita beri rekomendasi dibawa pulang mengingat dia harus menjalani pemeriksaan kejiwaan terlebih dahulu,” terangnya. Keluarga Tri Kurniawati selama ini memang hidup di bawah garis kemiskinan. Suaminya Rony Setiawan sehari-harinya hanya berprofesi sebagai pedagang asongan antar bus. Dari hasil memeras keringat seharian di atas bus, ia hanya memperoleh keuntungan 15 ribu perhari. Itu pun jika semua dagangnya laku terjual. Kehidupan Perekonomian keluarga korban yang serba kekurangan ini diketahui secara tidak sengaja saat petugas Identifikasi Polres Kediri Kota saat melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di tempat kos yang selama ini ditempati korban. “Saya miris melihatnya, waktu saya datang ke lokasi, di dalam rumahnya hanya tersisa simpanan beras seukuran gelas kecil,” kata Kapolres Kediri Kota AKBP Rahno Kuncoro. Menurut keterangan tetangga kos, korban juga mempunyai banyak tunggakan hutang di warung. Kondisi perekonomian korban yang seperti ini, menggugah hati petugas kepolisian untuk membantu. “Saat itu juga saya menghimbau kepada anggota untuk melakukan penggalangan dana, seiklasnya demi membantu perekonomian keluarga mereka,” lanjut pria yang pernah bertugas di Bosnia ini. Selepas menjalani perawatan di rumah sakit, Pandu dan Eva dititipkan kepada kerabat dari ayahnya. “Saya tidak akan ijinkan ibunya pegang anaknya dulu, sampai jelas hasil piskologis dan kejiwaanya.” Pihak kepolisian sendiri belum bisa mengambil upaya langkah hukum terkait kasus ini. Kedepanya jika kondisi kejiwaan Tri Kurniawati sudah stabil dan sudah mendapat rekomendasi dari piskiater, baru penyidik mulai melangkah melakukan penyelidikan. Gencarnya pemberitaan di media prihal percobaan bunuh diri tersebut, mengundang keprihatinan dari sejumlah kalangan penjabat di Kota Kediri. Sehari pasca kejadian itu, Wakil Wali Kota Abdulah Abu Bakar langsung datang menjenguk ketiga korban di rumah Sakit, menyusul kemudian Wali Kota Kediri Syamsul Ashar datang juga menjenguk. Dua petinggi Pemerintah Kota Kediri yang dikabarkan bersaing memperebutkan jabatan menjadi orang nomer satu di Kediri tersebut datang untuk memberikan bantuan. “Semua biaya perawatan di rumah Sakit ditanggung Pemerintah Daerah, asalkan pihak keluarga mau mengurus Jamkesda lebih dulu. Jika masih kesulitan, saya siap membantu,” kata Wakil Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar. Ironisnya, meski hidup di bawah garis kemiskinan, selama tinggal di lingkungan Kelurahan Banaran, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, tujuh bulan lamanya, tetapi keluarga Roni Setiawan tidak pernah terdata sebagai Rumah Tangga Tepat Sasaran penerima jatah Beras Raskin. Menurut keterangan Kepala Kelurahan Banaran Suharsono, selama tinggal di indekos di daerahnya ia tidak pernah mendapat laporan dari kepala Rukun tetangga setempat jika ada warganya yang hidup miskin dan tidak mendapat jatah raskin. Suharsono baru tahu, pasca kejadian percobaan bunuh diri itu mencuat ke media. “Mereka ini kan pendatang, sebelumnya tinggal di Kelurahan Ngadirejo. Tinggal di sini baru tujuh bulan. Untuk menerima jatah beras miskin kan harus melewati mekanisme pendataan lebih dulu. Yang melakukan pendataan kan BPS. Meski nyaris menghilangkan nyawa kedua anaknya, dengan memberi minuman susu dioplos racun tikus, Rony Setiawan telah membuka pintu maaf bagi isterinya Tri Kurniawati. “Bagi saya, persoalan ini sudah selesai. Kami sudah bertemu dan saling memaafkan satu sama lain, nggak ada permasalahan lagi,” terang Rony Setiawan ketika ditemui di rumah sakit sedang mendampingi kedua anaknya. Dikatakan oleh Rony, dari kejadian ini dirinya bisa mengambil hikmah agar selalu kuat dan sabar dalam menjalani cobaan hidup. Sumber: Victory

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun