Sudah lama saya ingin membeli dan membaca buku best seller itu. Namun, beberapa bulan lalu baru kesampaian dan itu pun tidak langsung dibaca setelah dibeli. Lama ia berdiam di rak buku meskipun plastik pelindungnya sudah saya buka.
Saya membeli buku versi kover keras dan di halaman imprint tertera cetakan ke-50. Ini sungguh masuk kategori megabest seller, bukan best seller karena klaim tidak jelas. Soalnya, terus bertahan mengalami cetak ulang. Cetakan ke-1 2018 dan cetakan ke-50 Juli 2023. Lima tahun buku ini bertahan untuk mencapai angka penjualan lebih dari 200 ribu eksemplar.
Kok bisa buku selaku itu? Ya, makanya nulis tentang kesehatan mental.
Saya tidak akan meresensi buku Filosofi Teras: Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Saat ini karya Henry Manampiring ini. Sudah banyak artikel yang telah mengulas isi buku ini. Orang-orang merasa tercerahkan dengan buku yang ditulis "ringan" Â meskipun isinya mungkin seberat daging kurban 10 kilo.
Henry atau Piring (begitu ia biasa dipanggil), seorang Gen X yang sempat mengalami major depressive disorder dalam istilah psikologi klinis, mampu melepaskan dirinya dari kebergantungan obat antidepresi---sebagaimana dikisahkan dalam prakata buku. Semua berawal ketika ia menemukan sebuah buku tentang Stoisisme dan mempraktikkannya demi memulihkan mentalnya.
Sedikit tentang Stoisisme
Saya tidak perlu membahas panjang lebar soal buku ini. Anda harus membacanya. Serbasedikit saja tentu perlu untuk melihat gagasan penulisan.
Piring mengulas ajaran filsuf Yunani-Romawi kuno yang muncul 2.300 tahun lalu, sebelum adanya agama Kristen dan Islam. Disebut Stoisisme karena dipungut dari bahasa Yunani, stoa, sebutan untuk teras berpilar.Â
Filsafat Stoisisme bermula dari seseorang bernama Zeno. Ia adalah saudagar kaya dari Siprus. Kapalnya yang penuh muatan barang berharga karam, tetapi ia selamat lalu terdampar di Athena. Zeno telah kehilangan segalanya.
Saat berjalan menggelandang di Athena, Zeno mampir ke sebuah toko buku. Ia menemukan sebuah kitab yang ditulis seorang filsuf. Tergerak hatinya untuk belajar dari para filsuf di tengah rasa kehilangan luar biasa. Pemilik toko buku menunjukkan seorang filsuf yang kebetulan lewat. Zeno lalu mengikuti sang filsuf dan berguru padanya. Zeno bahkan belajar lagi kepada beberapa filsuf lain.
Singkat cerita kemudian Zeno mengajarkan filosofinya sendiri di stoa. Pengikutnya disebut kaum stoa atau dikenal juga sebutan stoic. Henry Manampiring lalu menggunakan istilah Filosofi Teras sebagai pengganti Stoisisme agar mudah dibaca dan diingat oleh orang Indonesia. Benar juga, menarik!