Ajaran ini juga sampai pada Kaisar Marcus Aurelius. Lima dari Kaisar yang Baik dalam sejarah Romawi kuno. Sosoknya yang diperankan oleh Richard Harris, muncul 15 menit awal dalam film legendaris Gladiator. Peran utama film itu sebagai Maximus tentu Anda sudah tahu, Russell Crowe. Jika belum menonton, segera lacak di ponsel Anda.
Kaisar Marcus dipercayai telah menulis buku yang masih diterbitkan sampai sekarang bertajuk Meditations yang mengandung prinsip hidup Stoisisme. Versi bahasa Indonesianya juga sudah tersedia.
Sang Kaisar adalah penganut Stoisisme yang menjadi pemimpin dalam politik dan peperangan. Kita dapat membayangkan bagaimana pergulatan seorang raja pada saat itu menerapkan Stoisisme di tengah peperangan yang mematikan. Bagaimana ia dapat tetap menjadi bijak dengan kebajikan?
Stoisisme berkaitan dengan cara manusia mengendalikan emosi-emosi negatif dalam dirinya dan hidup untuk mengasah kebajikan (virtues). Hal itulah yang dipraktikkan dan dibagikan oleh Piring ketika berusaha memulihkan mentalnya dan menghambat pikiran negatif yang mewarnai hidupnya.Â
Benar bahwa prinsip-prinsip Stoisisme juga ada di dalam kearifan lokal bangsa Indonesia dan kebajikan yang diajarkan oleh agama-agama. Namun, Stoisisme bersifat inklusif dan bukan dogmatis karena memang bukan agama atau aliran kepercayaan. Â Stoisisme dapat dipraktikkan oleh siapa pun.
Sebagai "gagasan baru" yang dipungut dari konsep purba lebih dari dua milenium yang lalu, dengan cepat filosofi ini menjalar ke mana-mana. Menjelang cetakan ke-50, buku Henry telah terjual 275.000 eksemplar. Buku-buku lain tentang Stoisisme sebagaimana kelaziman yang selalu terjadi pun kemudian diterbitkan. Salah satunya buku yang dibaca oleh Henry, How to Be a Stoic karya Massimo Pigliucci.
Stoisisme berfokus pada perihal apa yang bergantung pada kita dan apa yang tidak bergantung pada kita. Jika sesuatu bergantung pada kita atau dalam kuasa kita, beranilah mengubahnya. Namun, jika sesuatu tidak bergantung pada kita atau di luar kuasa kita, terimalah apa adanya.Â
Tujuan utama Stoisisme bukanlah kebahagiaan, melainkan bagaimana emosi-emosi negatif disingkirkan. Karena itu, dalam pandangan manusia stoik, kebahagiaan adalah ketiadaan gangguan, penderitaan, dan emosi negatif (amarah, kecewa, getir, dan iri dengki).
Satu konsep dalam Stoisisme yang menarik ialah terkait dengan pikiran positif. Hal ini juga sering menjadi "jualan" para motivator. Piring menyentil buku Rhonda Byrne, The Secret, yang menganjurkan pikiran positif untuk menghasilkan hukum ketertarikan (law of attraction) sehingga apa yang kita inginkan dapat terjadi. Ternyata tidak segampang itu, Jenderal!
Perkembanga terbaru ilmu psikologi menemukan adanya potensi masalah dalam berpikir positif karena sering menghambat---Piring mengutip sebuah artikel di New York Times bertajuk "The Problem with Positive Thinking" karya Gabriele Oettingen. Penelitian menunjukkan mereka yang menerapkan cara berpikir positif dalam mencapai suatu tujuan justru  hasilnya lebih buruk daripada mereka yang tidak menerapkannya.Â