Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Antara Menulis dan Gaya Hidup

2 Januari 2024   07:50 Diperbarui: 3 Januari 2024   17:30 1500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Unsplash via KOMPAS.com

Lalu, kopi dan kebiasaan ngopi naik kelas, tempatnya disebut kafe atau coffee shop. Untuk mendukung gaya hidup, tersedia pula fasilitas wifi dan colokan. Anak-anak muda dibuat betah berada di kafe berjam-jam.

Anak-anak muda makin kesengsem soal kopi setelah ada film Filosofi Kopi yang diangkat dari sebuah cerpen karya Dewi Dee. Beberapa mengikuti kursus barista karena ingin keren menjadi peracik kopi. Lalu, yang namanya produk kopi dan mesin kopi segera saja menjadi perburuan.

Saya ingat beberapa tahun lalu diminta menulis artikel tentang kopi oleh sebuah situs web bernama Bincang Kopi saat ngopi mulai menjadi gaya hidup orang-orang kota. Saya menuliskan lima artikel setiap bulan. Semua tentang gaya hidup ngopi tanpa paste, he-he-he.

Agrobacter/Getty Images Signature
Agrobacter/Getty Images Signature

Menjadi Penulis Gaya Hidup

Anak saya mengoleksi miniatur mobil-mobilan berbahan logam yang sangat populer dari dulu hingga kini. Hobi mengumpulkan mobil-mobilan ini tidak hanya disukai anak-anak, tetapi ternyata juga orang dewasa. Harganya mulai puluhan ribu hingga ratusan ribu, bahkan jutaan. Kok bisa?

Inilah salah satu keunikan dan keajaiban tren gaya hidup. Mungkin Anda masih ingat dahulu orang tergila-gila dan berburu batu akik lalu mengoleksinya. Harga batu akik mencapai nilai yang tidak masuk akal. Orang-orang menyebutnya sebagai monkey business.

Di Jogja ada toko buku unik bernama Buku Akik. Kedigdayaan batu akik ternyata menarik disematkan pada buku agar buku juga diburu orang seperti memburu batu akik pada masa lalu. Mungkin tren mengoleksi batu akik bakal kembali lagi.

Begitu pula hobi mengoleksi tanaman dedaunan. Ada tanaman yang harganya mencapai jutaan, bahkan belasan dan puluhan juta. Bagi mereka yang terpengaruh gaya hidup dan kaya tentu tidak menjadi masalah. Bagi masyarakat kebanyakan tentu geleng-geleng kepala ada yang "tega" membeli daun puluhan juta.

Tren-tren seperti inilah yang walaupun tidak masuk akal atau di luar nurul justru menarik untuk dituliskan. Gaya hidup berhubungan dengan perubahan perilaku pada masyarakat serta pengaruh budaya. Hal ini pula yang berpengaruh terhadap perubahan aktivitas pemasaran. 

Pakar pemasaran membuat kategori marketing 1.0, 2.0, 3.0, 4.0, dan seterusnya. Teori pemasaran dihubungkan dengan perubahaan gaya hidup dan perilaku masyarakat. Karena itu, pendekatan yang digunakan pun berbeda pada setiap zaman.

Menariknya, gaya hidup itu ada yang ilang-ilang timbul. Lihat saja gaya hidup bersepeda pasca Covid-19. Setiap pagi atau sore kita lihat banyak orang bergerombol sambil bersepeda. Toko-toko sepeda kebanjiran order. Beberapa pemengaruh di IG memperlihatkan foto dan reel ia tengah bersepeda. Sepedanya pun bermerek setara harga sepeda motor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun