Lama saya tak menulis di Kompasiana bukan karena kehabisan ide, mungkin kehabisan energi. Sebenarnya hampir tiada hari yang saya lewatkan tanpa "ketak-ketik" di laptop. Ide selalu mampir, eksekusinya sekarang boleh bermacam. Ada yang sekadar menjadi status Facebook, ada juga yang menjadi konten IG, dan ada pula yang menjadi materi pelatihan daring.
Soal ide menulis, saya punya pendapat sendiri. Benar bahwa ide itu adalah panglima. Ia menggerakkan sepasukan kata-kata menjadi tulisan yang bernas untuk "menyerang" pikiran pembacanya. Ide adalah benda yang abstrak maka ia sulit dicari atau tak mungkin dicari. Ia justru menghampiri sehingga terjadi pertemuan yang patut dirayakan, apakah itu pagi, siang, atau tengah malam.
Sebelum bersua ide, ada tiga pemicu yang harus disadari. Pemicu ini menstimulus pancaindra kita plus intuisi. Apakah tiga pemicu itu?
Sebentar. Bayangkan dulu sebuah dinamit yang ada sumbunya. Pemicu ledakan dinamit adalah api yang merambat di sumbu. Jadi, ada tiga jenis api yang dapat membakar sumbu ide kita. Sumbu itu adalah pancaindra dan intuisi.
Pemicu ide yang pertama adalah peristiwa. Setiap hari, bahkan setiap detik, menit, atau jam terjadi sebuah peristiwa, baik yang dekat dengan kehidupan kita maupun yang jauh. Kita mungkin terpicu oleh suatu peristiwa seperti yang terjadi di negeri ini atau di negeri Timur Tengah.Â
Di negeri ini di antara kita mungkin sempat terpicu oleh peristiwa dibebastugaskannya 75 orang personel KPK. Di belahan dunia lain, kita mungkin terpicu oleh serangan membabi buta Israel ke Palestina.Â
Peristiwa demi peristiwa terus mengalir dari yang remeh sampai yang serius. Satu ciri khas peristiwa bahwa ia tidak dapat kita prediksi sebelumnya. Ia terjadi sebagai takdir atau kehendak dari Yang Mahakuasa seperti juga sebuah peristiwa besar tahun 2020 yaitu merebaknya COVID-19.
Fenomena kenormalan baru adalah dampak dari peristiwa pandemi COVID-19. Orang-orang kini bermasker ke mana-mana meskipun masih ada juga yang bebal.Â
Penggunaan cairan pembersih tangan menjadi gaya hidup dan kebiasaan baru. Pembelajaran dan pertemuan-pertemuan secara daring juga menjadi fenomena buah dari pandemi COVID-19.