Contohnya yang terjadi di London telah membuat heboh. Adalah Oobah Butler, seorang penulis ulasan. Ia menciptakan The Shed at Dulwich, sebuah restoran di halaman belakang rumah yang sebenarnya tidak ada alias palsu. Keisengan Butler ini untuk membuktikan bahwa orang dapat terkelabuhi hanya dengan sebuah review di situs paling tepercaya.
Kisah fake review ini dapat Anda tonton di Youtube. Butler mampu membuat restoran palsunya menduduki peringkat #1 sebagai restoran paling disarankan di London.
Pada kenyataannya dengan ponsel pintar di tangan, sebagian besar dari kita sangat bergantung pada sebuah ulasan. Sebelum membeli sesuatu atau memesan sesuatu, kita berharap mendapatkan sebuah ulasan yang meyakinkan. Kita makin terpengaruh jika orang yang mengulas adalah sosok yang terkenal dan tepercaya.
Tipuan dalam tulisan ulasan sangat mungkin terjadi menggunakan para penulis amatir atau profesional yang dibayar. Efek paling mengerikan dari ulasan ini adalah kekuatan getok tular (word of mouth) yang menyebar sekaligus menular. Bayangkan jika itu adalah palsu alias hoaks.
Para buzzer juga ada yang bekerja semata dorongan imbalan dari pemegang merek atau agensi yang menangani sebuah merek. Mereka sejatinya dalam kehidupan nyata tidak menggunakan produk itu. Namun, karena sudah dibayar, mereka pun "berpura-pura" menggunakan produk dan mengagung-agungkan produk itu. Seorang buzzer memang belum tentu seorang penulis ulasan yang benar-benar serius.
Penulis ulasan yang benar-benar serius itu yang bagaimana? Mereka adalah para penulis yang memiliki positioning tertentu dan menulis ulasan tanpa harus dipengaruhi oleh bayaran. Mereka menulis karena memang ingin mengulas dan tentu dilengkapi dengan kritik atau pujian berimbang meski tidak dapat dikatakan murni objektif. Penulis ulasan juga pasti melakukan riset, pembandingan, pengungkapan contoh-contoh, dan mengemasnya dalam sebuah cerita menarik.Â
***
John Berger dalam bukunya Contagious mengungkap bahwa ada sebuah resep yang mengandung enam prinsip menularnya sebuah konten. Ia menyebutnya enam STEPPS, yaitu social currency (mata uang sosial),  trigger (pemicu), emotion (emosi), public (umum), practical value (nilai praktis), dan story (cerita). Jika seorang penulis konten yang berisi ulasan, paling tidak resep Berger boleh dicoba.Â
Ringkasnya begini. Ulasan Anda bakal menular jika dikemas dalam suatu cerita yang mengandung mata uang sosial yaitu suatu informasi unik, dan kalau boleh, mencengangkan. Lalu, kuatkan dengan pemicu yaitu keterhubungan objek cerita dengan sesuatu yang akrab dengan pembaca. Tambahkan emosi pada cerita Anda, perasaan yang diharapkan ketika seseorang mendapatkan informasi. Buatlah informasi itu sangat umum dan mengandung nilai praktis (memiliki banyak benefit untuk menjawab permasalahan banyak orang).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H