Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Buku Anak Selalu Menggempita dan Menggemaskan

29 September 2016   09:42 Diperbarui: 29 September 2016   12:06 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Anak Selalu Menggempita dan Menggemaskan | Foto: BambangTrim

Di belakang panggung acara Indonesia International Book Fair 2016, saya bersua Pak Remon Agus, pemilik Penerbit Zikrul Hakim. Kami mengobrol tepat di depan booth AnaMuslim Indonesia. AnaMuslim Indonesia adalah merek dari negeri jiran Malaysia yang bekerja sama dengan Zikrul Kids, lini penerbitan buku anak Zikrul Hakim. Pak Remon menunjukkan kepada saya buku klasik Si Kancil hasil karya penulis dan ilustrator Malaysia yang tampak impresif.

Buku anak memang kagak ada matinye. Terbukti bahwa buku anak adalah penyumbang omset terbesar bagi jaringan TB Gramedia dan mungkin toko-toko buku lainnya. Lebih dari 10 juta eksemplar buku anak terjual setiap tahunnya. Hal ini sangat dimaklumi selain buku itu memang diburu anak-anak, para orangtua, terutama dari kalangan kelas menengah juga ringan hati untuk membelikan anak-anaknya buku. Buku anak selalu menggempita dan menggemaskan.

Gempita buku anak akan sangat terasa jika Anda berkunjung ke Indonesia International Book Fair 2016 di JCC Senayan yang berlangsung dari tanggal 28 September-2 Oktober 2016. Para penerbit internasional dari Malaysia dan Korea pun tidak tertinggal menunjukkan kedigdayaan mereka dalam hal buku anak. Begitupun para penerbit lokal, seperti Kelompok Gramedia, Grup Mizan, Grup Penebar Swadaya, dan lainnya juga menampilkan buku-buku anak yang beragam.

Hal unik terlihat pula pada lembaga negara seperti KPK yang turut hadir memeriahkan IIBF 2016. KPK sangat banyak menyajikan buku anak untuk pendidikan antikorupsi. Namun sayang, kreativitas penulis dan penerbit Indonesia masih rendah untuk menyajikan buku-buku bertema antikorupsi yang menarik. Saat berbincang dengan Ketua KPK, Pak Agus Rahardjo, dalam acara peluncuran buku Indonesia Membumi, Pak Agus berpesan kepada saya bahwa semestinya buku-buku anak antikorupsi tidak harus mencantumkan embel-embel antikorupsi dalam judul atau kover. Saya mengamini karena dalam benak anak memang belum perlu didefinisikan apa itu korupsi, melainkan yang ditanamkan adalah nilai-nilai antikorupsinya. Itu pun harus disajikan secara menarik dan tidak terlalu kentara unsur mengguruinya.

Memang terlihat beberapa buku anak bertema antikorupsi masih melabeli kovernya dengan embel-embel pendidikan antikorupsi atau terlalu kaku menyajikan nilai-nilai antikorupsi seperti terang-terangan menyebut contohnya "Kura-Kura yang Jujur" atau "Susi Melawan Korupsi". Saya membandingkan dengan buku-buku anak dari Korea yang begitu inspiratif dan imajinatif. Memang buku-buku anak lokal Indonesia pun ada yang sangat baik dan hal itu patut terus didorong serta dikembangkan para penerbit. Faktanya menulis buku anak yang baik dan disukai anak itu memang tidak mudah.

Sebuah rak di booth Korea memajang 130 judul buku anak bergambar yang mengekspresikan tujuh perasaan, yaitu kebahagiaan, kegembiraan, kemarahan, cinta, kesedihan, kebencian, dan kecemburuan. Ada ekspresi positif dan ekspresi negatif sehingga anak-anak dapat belajar dari situ dan tentunya mengendalikan perasaan-perasaan negatif. Ini saya kira ide yang sangat brilian. Korea kita ketahui memang serius menangani konten-konten kreatif, terutama untuk pasar anak. Beberapa karakter animasi khas Korea yang mendunia juga ditampilkan. Satu yang saya ingat di benak adalah Pororo.

130 judul buku anak bergambar dari Korea yang menunjukkan ekspresi perasaan. (Foto: Bambang Trim)
130 judul buku anak bergambar dari Korea yang menunjukkan ekspresi perasaan. (Foto: Bambang Trim)
Saya melihat sebuah buku anak bergambar dengan judul sangat menarik, Old Granny's 100th Birthday. Dari judulnya sudah tersirat peristiwa menarik merayakan 100 tahun seorang nenek dengan ekspresi kegembiraan. Ilustrasinya juga ditampilkan dengan gaya yang menarik. Sayang saya tidak sempat menemukan buku dengan ekspresi seperti kemarahan, kesedihan, kebencian, dan kecemburuan. Tema-tema getir dalam dunia anak memang tidaklah terlarang untuk disampaikan, tetapi para penulis di Indonesia umumnya menghindari tema-tema tersebut.

Dalam buku anak, tema-tema tersebut biasanya disampaikan dalam bentuk buku konsep, baik fiksi maupun nonfiksi. Buku konsep termasuk yang sulit untuk diciptakan karena kadang penulis terjebak menciptakan buku konsep yang sulit dipahami anak-anak. Apa itu buku konsep? Buku yang memuat sebuah konten pemahaman tentang perbedaan, persamaan, ataupun pernak pernik kehidupan lainnya. Tema pendidikan seksual untuk anak-anak biasanya disampaikan dalam buku konsep. Demikian pula tema kepedulian terhadap anak-anak berkebutuhan khusus biasa disampaikan dalam bentuk buku konsep.

Salah satu buku ekspresi perasaan dari Korea yang menarik (Foto: Bambang Trim)
Salah satu buku ekspresi perasaan dari Korea yang menarik (Foto: Bambang Trim)
Sekarang kita tengah menyongsong munculnya Generasi Z yaitu anak-anak yang lahir pada tahun 2000-an dengan kekhasan mereka yang sangat kentara yaitu kemampuan cepat beradaptasi dengan teknologi, terutama teknologi digital. Ide-ide buku anak yang selalu menggempita dan menggemaskan mendapat tantangan untuk pengemasan yang juga harus berdamai dengan teknologi digital. Namun, sejatinya konten untuk anak-anak tidaklah berubah dalam hal melesakkan nilai-nilai positif ke dalam kehidupan anak-anak kita.

Anak-anak sekarang masih seperti anak-anak dahulu dalam beberapa hal yaitu menyenangi dunia binatang, termasuk dinosaurus; menyenangi permainan-permainan; menyenangi keajaiban-keajaiban yang menakjubkan seperti yang ditawarkan Disney; atau juga menyenangi hal-hal baru di sekitarnya. Anak-anak sekarang hanya perlu dicuri perhatian dengan sesuatu yang dikemas secara menarik dengan menghindari hal-hal yang sangat menggurui, dijejali nasihat-nasihat, atau menampilkan tokoh-tokoh yang tidak "manusiawi" (tanpa cacat cela).

Terus terang pengalaman seharian di IIBF 2016 kemarin menggerakkan ide-ide saya untuk kembali menulis buku anak dengan konsep baru yang kreatif sebagai cara saya berkontribusi dalam kegempitaan dan kegemasan dunia buku anak. Masih tersirat di benak ucapan Romo Mangun: "Dalam ranah tulis-menulis yang paling mudah di ujung ekstremnya adalah menulis skripsi; dan yang paling sulit adalah menulis cerita anak ...." Benar itu!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun