Benarlah bahwa menulis buku itu ampuh untuk mengukirkan nama pengarang/penulisnya pada dinding sejarah. Meski pengarang/penulis telah tiada, karyanya dapat hidup terus hingga tampak abadi. Tampak abadi, bukan 'tetap abadi' karena abadi itu kekal dan tidak berkesudahan sehingga tidak memerlukan kata 'tetap'. Adapun 'tampak' berarti sampai sejauh ini belum hilang dari peredaran.
Saya ingin mengulas beberapa buku yang masih bertahan hingga kini karya pengarang/penulis lokal. Abadi di sini dikategorikan sebagai buku nonreferensi. Artinya, saya tidak membahas buku referensi seperti Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) Poerwadarminta yang masih "hidup" sampai sekarang, atau model Buku Pintar Iwan Gayo yang pernah sangat fenomenal dan masih tetap dicetak ulang hingga kini.Â
Tampak abadi juga mengabaikan buku-buku lama yang hilang, lalu dihidupkan kembali oleh penerbit atau ahli warisnya. Fenomena tersebut sudah banyak terjadi dan dilakukan penerbit Indonesia.  Contohnya novel Lupus karya Hilman Hariwijaya yang meledak pada akhir 1980-an, pernah dicoba untuk dihidupkan kembali pada masa kini. Begitu juga karya-karya Pujangga Baru yang diterbitkan ulang.
Saya mulai dari jajaran buku religi yang memang berpotensi memiliki umur panjang atau evergreeen. Buku religi Islam berdasarkan data dari jaringan toko buku terbesar di Indonesia masih menempati urutan kedua setelah buku anak dalam beberapa kurun waktu terakhir. Karena itu, di luar soal gagasan berdakwah, buku religi Islam memang menjanjikan pasar yang luar biasa di Indonesia.
Buku Pengajaran ShalatÂ
Buku yang tampak abadi paling lama bertahan kini adalah Pengajaran Shalat karya A. Hassan, seorang ulama yang menyebut dirinya di dalam kover buku sebagai guru Persatuan Islam (Persis). Dokumen buku yang ditemukan di dalam mesin pencari menunjukkan buku cetakan kedua terbit pada tahun 1929. Artinya, buku cetakan pertama mungkin lebih awal dari tahun 1929.Â
Berdasarkan riwayatnya, ayah A. Hassan adalah seorang pedagang dan wartawan. Ia sangat menginginkan anaknya juga menjadi penulis seperti dirinya. A. Hassan yang menghabiskan masa kecil dan remaja di Singapura menekuni pendidikan agama. Bakat menulisnya terasah ketika ia bekerja di media Utusan Melayu. Nasib kemudian membawanya hijrah ke Surabaya dan mengembangkan perniagaan. Lalu, ia belajar menenun di Bandung hingga akhirnya menetap di Bandung dan didaulat sebagai guru Persatuan Islam pada tahun 1925.Â
Buku Pengajaran Shalat berarti ditulis saat beliau berada di Bandung. Selain buku yang terus hidup itu, karya lainnya adalah Tafsir Al-Furqan, Soal-Jawab tentang Berbagai Masalah Agama (4 jilid), dan Terjemah Bulughul Maram. Buku Pengajaran Shalat diterbitkan atas nama Persis. Namun, saya menduga A. Hassan mengusahakan sendiri penerbitannya alias self-publishing sebab tercatat beliau memiliki usaha percetakan.
Versi terkini buku Pengajaran Shalat diterbitkan penerbit tua CV Penerbit Diponegoro, Bandung. Secara usia, buku ini telah bertahan selama 90 tahun!
Buku Risalah Tuntunan Shalat
Buku religi Islam sejenis yang juga mencetak hits dan terjual sampai kini adalah buku Risalah Tuntunan Shalat Lengkap karya Drs. Moh. Rivai. Buku ini terbit kali pertama tahun 1976 dan masih tetap dicetak ulang hingga kini, bahkan dengan tetap menggunakan desain kover kali pertama terbit. Buku ini konon sudah dicetak ratusan kali karena penerbitnya Toha Putra Semarang tidak memiliki data saking seringnya mencetak ulang.