Rehabilitasi sebagai proses memanusiakan pecandu
Terlepas dari PERBER 2014 yang katanya memanusiakan pecandu, sebenarnya konseling atau pun penanganan secara medis akan lebih optimal apabila Tim Asessment Terpadu (TAT) mempermudah proses persetujuan untuk dilakukan assessment , khususnya ditahap awal kita pecandu tertangkap. Mengapa?Â
Karena banyak pecandu pada saat penangkapan sedang mengalami withdrawl atau kesakitan karena ketagihan zat/napza, secara psikologis mereka sangat tertekan, ketika diproses (pemeriksaan) mereka mengalami stres
Belum lagi pecandu kerap mendapatkan tindakan kekerasan baik secara verbal mau pun non-verbal. Ketika diproses persidangan pun tenaga yang dikeluarkan cukup menguras fisik dan psikis seorang pecandu yang duduk di kursi pesakitan.
Ketika di awal penangkapan mereka harus segera mendapatkan assessment untuk mendapatkan rencana rawatan terkait dengan adiksinya. Dan konseling oleh Konselor Adiksi yang nantinya akan menjadi "benteng" saat mereka di kirim ke rutan/Lapas.Â
Mendapatkan pemahaman tentang adiksi, problem solving, menggali kapasitas yang ada di diri pecandu, relapse prevention dan perubahan prilaku sangatlah penting didapatkan oleh pecandu saat menjalani rehabilitasi di awal saat tertangkap, didukung juga oleh medis tentunya.
Mengingat, peredaran gelap narkotika di dalam lapas adalah hal yang sangat nyata, bahkan mudah untuk ditemui.
Memenjarakan pecandu narkotika adalah sebuah keputusan yang kurang tepat, mengingat kecanduan adalah sebuah penyakit kronis, berkembang dan fatal.Â
Pecandu merupakan seorang yang mengalami Substance-related disorder (gangguan terkait penggunaan bahan tertentu) hal ini termasuk dalam penyakit resmi yang terdaftar dalam DSM 5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 5th Edition) dan DSM ini digunakan oleh dokter spesialis jiwa di seluruh dunia. Sesuai penjelasan di atas kita bisa menyimpulkan jika pengguna adalah orang yang sedang sakit dan perlu membutuhkan perawatan yang tepat.
Pemenjaraan bukanlah solusi, yang mereka butuhkan adalah perawatan insentif agar bisa pulih untuk kemudian dapat kembali menjalani kembali fungsi sosialnya.Â