Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekelebat Cerpen: Keterkejutan di Dalam Perjumpaan

23 Juli 2024   06:00 Diperbarui: 23 Juli 2024   06:42 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | Keterkejutan di Dalam Perjumpaan

 

Sejak ba'da sholat isya,  Mas Sodik sudah datang di warung kopi almarhum Pak Dul yang kini sudah tak ada yang meneruskan jualannya lagi. Lampu-lampu yang dulu dipasang dengan nyala lumayan terang kinipun sudah mati. Hanya tersoroti oleh lampu penerangan jalan umum.

Mas Sodik duduk sendirian di kursi warung dengan menyandarkan punggungnya di pagar tembok kuburan. Anehnya dari awal kedatangannya hingga sudah hampir lingsir wengi ini juga tak ada satu pun orang yang lewat di depan warung kopi almarhum Pak Dul yang kebetulan juga terletak dekat kuburan. Pak Dibyo yang dulu sempat menemani ngobrol di sini, juga tak ada tanda-tanda bahwa beliau akan  ke sini.

Bagi Mas Sodik meskipun warung kopi ini sudah tutup tak berjualan lagi, tetap terasa masih ada Pak Dul di sini, karena jazad Pak Dul juga dikuburkan tak jauh dari warung miliknya ini. Hanya sekitar sepuluh meter saja jaraknya dari tempat duduk Mas Sodik.

Sudah sekitar lima jam lebih Mas Sodik duduk sendirian. Sebagai seorang santri tentu Mas Sodik tidak akan menyia-nyiakan waktu  dengan hanya duduk diam saja. Di antara waktu yang lima jam tersebut dia gunakan untuk belajar menghapal Al Quran. Dan, ketika ada bagian bacaan yang dia lupa maka dia akan mencoba mencari bunyi bacaan yang dia lupa hapalannya tersebut di dalam hapenya yang sudah dia install dengan aplikasi yang bernama Al Quran dan Tafsir Ibnu Kasir. Di dalam aplikasi tersebut juga dilengkapi dengan Jadwal Sholat, Arah Kiblat, Index Tematik, Kalender Hijriah, dan Hadis Pilihan.

Di antara waktu yang lima jam tersebut dia gunakan juga untuk berkali-kali mengirimkan doa kepada almarhum Pak Dul.

Sebelum dia kembali pulang ke Sidogiri, Mas Sodik mengkonsentrasikan batinnya untuk berpamitan kepada almarhum Pak Dul, sekaligus memohon maaf bahwa  dia belum bisa menyampaikan permohonan maafnya Pak Dul kepada Mbah Soleh karena  usahanya untuk mencari Mbah Soleh sampai sekarang belum berhasil.

Selesai Mas Sodik berpamitan, tiba-tiba dari arah jalan muncul sorot cahaya yang semakin terang sekali dan semakin mendekat ke arah posisi Mas Sodik berdiri.  Mobil besar dengan sorot cahaya yang sangat terang sekali tersebut kemudian menepi tak jauh dari Mas Sodik berdiri. Turun dari dalam mobil, seorang dengan rambut gondrong yang sudah memutih semua. Aroma semerbak wangi turut serta menyebar keluar seiring dengan dibukanya pintu mobil.

Batin Mas Sodik berandai-andai, jangan-jangan orang ini yang bernama Mbah Soleh (?). Dan jangan-jangan aroma wangi jenis yang menyertai beliau ini yang dilabeli dengan nama "Malaikat Subuh" (?).

"Ayo Mas Sodik ikut Mbah ke dalam, hehehehe" Mbah Soleh mengajak Mas Sodik untuk ikut masuk ke area makam dengan disertai senyum dan tertawa kecilnya yang sangat khas. Sementara Mas Sodik terkejut heran karena namanya dipanggil. Mas Sodik merasa heran dari mana beliau tahu namanya.

"Permisi Mbah, panjenengan Mbah Soleh nggih Mbah?" Mas Sodik memberanikan diri bertanya kepada Mbah Soleh untuk memastikan bahwa yang di hadapan dirinya adalah Mbah Soleh.  Meskipun dirinya sudah hampir yakin bahwa beliaulah orang yang bernama Mbah Soleh, karena sangat sesuai dengan ciri-ciri yang pernah diceritakan oleh mendiang Pak Dul.

"Ya betul Mas, hehehehe" Mbah Soleh menjawab singkat.

"Alhamdulillah saya bersyukur bisa dipertemukan dengan panjenengan Mbah.

"Mas Sodik sudah lama  mencari Mbah ya?....hehehehe"

"Ya betul Mbah"

"Mau menyampaikan permohonan maafnya Pak Dul ya?....hehehehe"

"Ya betul Mbah" Mas Sodik menjawab sambil menyimpan rasa keheranannya yang kedua yaitu dari mana Mbah Soleh bisa tahu maksud dari dia mencari Mbah Soleh tersebut.

"Pak Dul tidak salah. Itu hanya perasaan Pak Dul saja mas....buktinya sekarang Mbah ke sini untuk mendoakan Pak Dul.....hehehehe"

"Ya Mbah".

Mereka berdua kemudian sama-sama menuju ke tempat Pak Dul dimakamkan dan mereka berdua tenggelam dalam kekhusyukan rasa tulus ikhlasnya bertawasul dan mendoakan mendiang Pak Dul.

(keterkejutan di dalam perjumpaan, 2024)

Sekelebat cerpen yang berjudul "Keterkejutan di Dalam Perjumpaan" ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana dengan harapan agar maknanya mudah ditangkap dengan cepat. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun