Tidak ada bulan madu. Mas Bambang dan Rohimah Arrum Fitriyah lebih memilih menggunakan waktu setelah hari pernikahannya untuk menyiapkan rencana boyongan atau kepindahannya ke Surabaya.
Mereka berdua menyiapkan semua hal yang diperlukan untuk menempati rumah barunya di Surabaya. Kado pernikahan tidak dibawa ke Surabaya, tapi dibagikan kepada keluarganya dan saudara-saudaranya yang membutuhkan.
Album foto pernikahan tidak dibawa, sedangkan foto-foto terpilih saja dan yang sudah dipigura akan dibawa buat dipasang di dinding rumah Surabaya. Termasuk buku-buku penting serta barang kesayangan Rohimah akan dibawa boyongan.
Rohimah dan Mas Bambang sepakat bahwa tidak perlu diadakan acara khusus untuk merayakan  boyongannya. Orang tua  Rohimah akhirnya sepakat walaupun tadinya ingin mengajak serta sebagian warga Desa Segoropuro untuk mengantarkan kepindahan putri tunggal tercintanya  bersama suaminya ke Surabaya, karena akan berpisah dari kehidupan orang tuanya di Pasuruan.
"Nduk, kalau bapak dan ibumu kangen genduk, boleh ya nduk sewaktu-waktu nengok ke sana?" tanya Pak haji Zamroni, ayahnya Rohimah Arrum Fitriyah ke pada putri tunggal kesayangannya.
"Ya tentu boleh, Pak" jawab Rohimah dengan mata berkaca-kaca karena merasakan bahwa pasti akan ada rasa kehilangan yang teramat sangat mendalam di hati ayahnya setelah dia berpisah.
"Dengan senang hati, Pak, saya dan dik Rohimah akan selalu menyambut kedatangan bapak dan ibu, kapanpun sewaktu-waktu bapak dan ibu ke sana." Mas Bambang menambahkan jawaban untuk bapak dan ibu mertuanya yang sangat dihormatinya.
"Pesan ibu, pertama, layanilah suamimu dengan baik ya nduk, tidak hanya di saat kamu sedang senang. Kedua, kalau di antara kamu dan suamimu ada perselisihan, janganlah lupa libatkanlah Gustimu untuk memohon pertolongan dan memohon kesabaran. Ketiga, pesan ibu khusus untuk Nak Bambang, ingatlah selalu bahwa genduk Rohimah adalah belahan jiwamu atau bagian dari tulang rusukmu, nak, ajaklah bersama untuk selalu mendekat ke Gusti agar dalam kehidupan rumah tangga mu senantiasa diberkati" Pesan tegas dari ibunya Rohimah untuk anak dan menantunya.
Ibu Hajjah Mufidah adalah sosok ibu yang sangat tegas dan sangat berhati-hati ketika hendak memanjakan anaknya, walaupun Rohimah adalah anak semata wayangnya. Berbeda dengan Pak Haji Zamroni, lebih cenderung memerankan diri sebagai sosok ayah yang tidak tegaan sehingga lebih tampak sering memanjakan Rohimah.
" Iya, Bu" Rohimah menjawab dengan singkat terkait dua pesan penting dari ibunya tersebut.
"Insyaallah saya akan selalu mengingat dan melaksanakan pesan ibu tersebut. Terima kasih, Bu". Jawaban Mas Bambang kepada ibu mertuanya  yang sangat dihormatinya.
Di hati Mas Bambang, pesan itu sangat menggetarkan hatinya. Karena menurut Mas Bambang makna pesan tersebut berisi anjuran untuk selalu menghadapkan cinta kepada Gusti. Termasuk di dalamnya adalah  menghadapkan cinta sepasang suami istri kepada Gusti Yang Maha Mencintai.
(menghadapkan cinta, 2024)
Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Menghadapkan Cinta. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Dampak Peristiwa Cinta
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Dicari
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Mengalirnya Rasa Cinta
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!