Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekelebat Cerpen: Menjerit Lagi

14 Mei 2024   07:30 Diperbarui: 14 Mei 2024   07:39 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | Menjerit Lagi

Apakah masih ingat ketika di dalam pembicaraan lewat telepon tiba-tiba Rohimah Arrum Fitriyah menjerit? Menjerit kemudian hapenya tak bisa dihubungi. Dugaan macam apakah kira-kira yang bakal muncul dari benak kita tentang penyebab menjeritnya Rohimah Arrum Fitriyah tersebut?

Tentu dugaan yang muncul bisa sangat banyak mengikuti berkembangnya rasa kekhawatiran kita. Semakin berkembang rasa kekhawatiran kita semakin banyak dugaan yang muncul. Baik dugaan yang arahnya bersifat positif, misal karena Rohimah hanya kaget karena terpeleset,  maupun dugaan yang arahnya bersifat negatif, misal karena Rohimah dalam keadaan jiwa dan kehormatannya terancam.

Ternyata dari dugaan yang banyak tadi bisa jadi sama sekali tidak ada yang sama dengan kenyataannya atau dugaannya salah semua. Demikian pula dugaan-dugaan yang muncul di pikiran saya ketika mengkhawatirkan Rohimah Arrum Fitriyah, calon pendamping hidup saya. Sambil mengendarai “Ninja” menuju Pasuruan, Mas Bambang  melamunkan kembali kejadian menjeritnya Rohimah.

Ternyata penyebabnya sepele, yaitu karena tiba-tiba ada tikus yang berlari menabrak kakinya. Seandainya tikus tersebut tidak menabrak kakinya apakah Rohimah  tetap akan menjerit? Ini yang sedang dipikirkan Mas Bambang tentang penyebab menjeritnya Rohimah. Untuk memastikan penyebabnya, Mas Bambang belokkan kendaraannya ke toko mainan. Dia beli tikus mainan yang modelnya sangat mirip tikus betulan. Dia masukkan tikus mainan tersebut ke dalam jaketnya. Rencananya nanti akan dipakai Mas Bambang untuk menguji Rohimah. Mas Bambang tertawa sendiri membayangkan betapa lucunya kejadian nanti.

Sekarang janjian bertemunya tidak di rumah Rohimah di Segoropuro, tapi di rumah Mas Bambang di Kedawung. Dengan sepeda listriknya Rohimah sudah sampai duluan di rumah Mas Bambang. Dia bantu-bantu pekerjaan Ibunya Mas Bambang. Ibunya Mas Bambang sangat senang kedatangan Rohimah Arrum Fitriyah, calon menantu pilihannya, dan alhamdulillah Mas Bambang setuju dijodohkan dengan Rohimah.

Tidak berapa lama kemudian ada suara sepeda motor yang memasuki halaman depan rumah Mas Bambang. Kedatangannya Mas Bambang langsung disambut Ibunya dan Rohimah. Di meja makan sudah disiapkan makanan-makanan kesukaan Mas Bambang. Juga ada beberapa buah Mangga Manalagi yang matang pohon, hasil kebun mangganya Rohimah. Ada yang sudah dikelupas dan diiris tebal tebal, ada pula yang masih utuh belum dikelupas kulitnya.

“Ayo mumpung masakannya masih hangat kita makan bareng” Ibunya Mas Bambang mengajak Rohimah dan Mas Bambang untuk makan bersama-sama.

“Mbak Della kok nggak ke sini, Bu?” tanya Mas Bambang kepada Ibunya

“Mbak Della kok belum ke sini ya Bu?” Rohimah ikut menanyakan tentang kehadiran Mbak Della kepada Ibunya Mas Bambang.

“Iya tumben siang ini mbakyumu kok belum datang ke sini” jawab Ibunya Mas Bambang.

“Saya telepon saja ya, Bu, supaya Mbak Della datang ke sini?”

“Tidak usah, Le...barangkali mbakyumu lagi ada keperluan”

Setelah makan bersama selesai, Rohimah tidak lupa membantu membereskan kembali kebersihan meja makan dan membantu cuci piring, gelas, serta membuang sampah bekas makanan ke tempat sampah yang sudah disediakan. Sedangkan Mas Bambang mandi membersihkan badan dari debu jalanan lalu berganti pakaian dan jaket yang akan dipakai buat acara jalan-jalan dengan Rohimah. Tidak lupa Mas Bambang memasukkan tikus mainan ke dalam saku jaketnya yang baru. Setelah semuanya beres, Mas Bambang kemudian pamitan kepada Ibunya. Rohimah juga ikut berpamitan dengan cara sungkem mencium tangan Ibunya Mas Bambang.

“Kami tinggal pergi dulu ya, Bu?”

“Hati-hati ya Le ya?...tidak usah ngebut-ngebut”

“Inggih, Bu”

Sampai di pertigaan pasar Ngopak, Mas Bambang membelokkan sepeda motor Ninjanya  belok kanan ke arah timur. Tujuannya menuju obyek wisata Pantai Pasir Putih Situbondo.

Seperti biasanya di boncengan, Rohimah memeluk erat Mas Bambang supaya tidak terlepas dan jatuh. Ketika tangan Rohimah dimasukkan ke dalam saku jaket Mas Bambang, tangannya Rohimah bersentuhan dengan benda yang ada di dalam saku jaket Mas Bambang. Rohimah pun penasaran ingin tahu benda apakah yang ada di dalam saku jaket Mas Bambang tersebut. Kemudian dia tarik benda itu keluar lalu menjeritlah Rohimah semelengking-melengkingnya. Dilemparkannya benda yang berbentuk sangat mirip tikus hitam tersebut. Semua orang yang mendengar jeritan Rohimah pada melihat ke arah Rohimah.

Rohimah merajuk marah-marah memukuli punggung Mas Bambang dengan kemarahan dan pukulan yang dipenuhi rasa cinta karena sehabis itu Rohimah merapatkan dadanya ke punggung Mas Bambang serta menyandarkan kepalanya di atas bahu kanan Mas Bambang sambil membisikkan kalimat cinta.

Mas Bambang tidak menyangka kejadian Rohimah menjerit lagi itu, akan terjadi di atas kendaraan, karena rencananya tikus mainan itu akan ditunjukkan secara mendadak nanti di hadapan Rohimah ketika sedang bermain di pantai.

(menjerit lagi, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Menjerit Lagi. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun