Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekelebat Cerpen: Kabar Duka

13 Mei 2024   07:08 Diperbarui: 13 Mei 2024   09:32 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | Kabar Duka

Dari Pasuruan, Mas Bambang tidak langsung ke rumah kontrakannya tapi mampir dulu di Warung Kopi Pak Dul. Di sana sudah ada Mbah Soleh. Anehnya sudah ada dua cangkir kopi. Satu cangkir tinggal separuh kopi sedangkan yang satunya lagi berisi penuh dan masih mengepulkan asap kopi. Cangkir kopi itu  ditaruh di samping kanan cangkir kopinya Mbah Soleh.

"Kopi buat siapa itu, Mbah?" tanya Mas Bambang kepada Mbah Soleh.

"Buat siapa lagi kalau bukan buat Mas Bambang....hehehe" jawab Mbah Soleh dengan senyum dan tawanya yang khas.

Mas Bambang tidak ada janjian bertemu tapi Mbah Soleh sudah tahu terlebih dahulu. Buktinya sudah dipesankan kopi terlebih dahulu.

Dalam benak Mas Bambang, dengan cara apakah Mbah Soleh mengetahui kedatangan dirinya? Apakah dengan media udara yang membalut bumi ini ataukah dengan cara yang lainnya?.

"Sudah.......tidak usah memikirkan caranya....hehehe" Mbah Soleh  menyela isi benak Mas Bambang dengan jawaban pertanyaan yang benar-benar sangat nyambung.

"Tapi bagaimana caranya, Mbah?" tanya Mas Bambang di dalam hati.

"Caranya, jangan berhenti untuk mengenali diri sendiri, jangan berhenti untuk mendekati Gusti" Jawab Mbah Soleh tanpa diakhiri dengan senyum hehehe-nya, pertanda bahwa yang beliau katakan tersebut sangat sakral.

"Mas Bambang, ayo habiskan kopinya dan segera cepat pulang ke rumah kontrakanmu, karena ada kabar duka yang sedang menunggumu" Mbah Soleh memberitahukan adanya kabar duka yang sedang menunggu Mas Bambang di rumah kontrakan.

Sesuai saran Mbah Soleh tersebut, setelah kopi dihabiskan, Mas Bambang langsung pamitan kepada Mbah Soleh dan Pak Dul.

Mas Bambang tidak menanyakan kabar duka apa, duka dari siapa, dan duka karena apa kepada Mbah Soleh. Sebab jawaban pertanyaan itu kemungkinan akan didapatkan setelah sampai di rumah kontrakannya.

Sampai di depan pintu pagar rumah kontraksaannya, hape di saku jaket Mas Bambang berbunyi. Tertampil nama Indah, Pekalongan.

"Halo, assalamualaikum, In"

"Wa'alaikumsalam, Mas Bambang" Sehabis membalas salam, terdengar suara tangis Indah dengan terbata-bata tak bisa melanjutkan pembicaraan telponnya dengan jelas. Saya diam memberikan waktu hingga Indah dapat melanjutkan pembicaraannya dengan jelas.

"Ada apa In?"  saya tanyakan ini ke Indah setelah saya rasa cukup waktu bagi Indah untuk mengendalikan dirinya dari desakan kesedihannya.

"Mas Toni sudah tidak ada, Mas Bambang"  Jawaban Indah masih menyisakan tanda tanya bagi saya.

"Maksudnya, In?"

"Mas Toni sudah meninggal dunia, Mas Bambang"

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Semoga Mas Toni husnul khotimah ...yang tabah ya In ya?"

"Aamiin" Setelah mengucapkan kata ini, terdengar Indah menangis lagi, dan saya diam lagi untuk memberikan waktu bagi Indah melepaskan kedukaannya.

"Indah jadi ingat janji  Mas Toni bahwa sampai mati dia tidak akan mengulangi KDRT lagi. Ternyata Mas Toni secepat ini meninggalkan Indah, Mas"

"Yang tabah ya In...yang tabah ya In ya"

"Mas Toni baik sekali, dan benar-benar memenuhi janjinya. Tak pernah memaksakan kehendaknnya dan selalu menunggu kerelaan Indah, Mas Bambang"

"Alhamdulillah In berarti Mas Toni meninggalnya dalam kebaikan, In"

"Tapi Indah sangat kasihan sama jabang bayi yang sedang Indah kandung ini, Mas...kelahirannya nanti tidak disaksikan oleh ayahnya"

"Jangan berlarut-larut dalam kesedihan ya In karena bisa berpengaruh pada kesehatan si jabang bayimu, In. Ingat In, itu cucu yng sangat diharapkan hadirnya bagi kedua orang tua Mas Toni"

"Iya Mas Bambang, terima kasih sudah mengingatkan Indah" Indah mulai memiliki semangat lagi begitu mengingat tentang bayi dalam kandungannya ini sebagai buah cinta tak hanya bagi dirinya tapi bagi keberlanjutan keturunan dari keluarga besar Mas Toni dan keluarga besar Indah. Berarti betul apa yang dikatakan Mas Bambang bahwa meninggalnya Mas Toni dalam kebaikan.

Dalam percakapan selanjutnya, Indah menceritakan kepada Mas Bambang tentang sakit yang diderita oleh Mas Toni. Mas Toni terlalu rajin bekerja lupa memperhatikan kesehatan dirinya. Meninggalnya mendadak karena serangan jantung.  

Sebelum mengakhiri pembicaraan teleponnya, Indah meminta kepada Mas Bambang apabila ada kesalahan dari Mas Toni mohon untuk dimaafkan. Indah juga meminta maaf kepada Mas Bambang karena telah mengganggu waktu Mas Bambang dengan kabar duka dari Indah.

" Tidak ada yang perlu dimaafkan untuk Mas Toni karena selama ini tidak ada kesalahan almarhum kepada saya, In. Juga tidak ada yang perlu dimaafkan untuk Indah. Justru saya sangat berterima kasih karena saya masih dijadikan sahabat oleh Indah. Itu terbukti dengan kebaikan Indah yang masih mau mengabari saya tentang kabar duka tersebut."

"Sekali lagi Indah mengucapkan banyak terima kasih ya, mas ya. Assalamualaikum"

"Terima kasih sama-sama, In. Wa'alaikumsalam".

Selesai menutup telepon dari Indah. Ingatan Mas Bambang kembali pada Mbah Soleh yang telah tahu terlebih dahulu tentang akan datangnya kabar duka.

(kabar duka, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Kabar Duka. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun