Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekelebat Cerpen: Dipanggil Pulang

1 Mei 2024   08:00 Diperbarui: 1 Mei 2024   08:10 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekelebat Cerpen | Dipanggil Pulang

Bakda subuh Mas Bambang dapat panggilan telpon dari Ibunya agar pagi ini segera pulang. Mbak Della juga menelepon Mas Bambang menegaskan lagi bahwa pagi ini harus pulang. Baik telepon dari Ibunya maupun dari Mbak Della isi pesannya sama tanpa memberikan alasan kenapa harus pulang. Pokoknya harus pulang kata mereka. Ada semacam nada kemarahan dari mereka. Mungkin karena sudah berminggu-minggu Mas Bambang tak pulang, lebih mementingkan kunjungan ke tempat lain.

Sabtu pagi ini sebenarnya Mas Bambang juga akan pergi lagi ke puncak Bukit Pegat sendirian untuk belajar ngaji batin bab "howo songo" dari Mbah Romli. Ada dilema dalam batin Mas Bambang antara pulang ke Pasuruan atau pergi ke Mbah Romli. Belum sempat memutuskan mana yang akan dipilih, hape Mas Bambang berbunyi lagi.

"Le, Ibu mohon pulang ya, Le?"

Panggilan Le, merupakan panggilan khusus yang memuat rasa sayang yang amat dalam dari Ibu tercintanya. Hanya pada momen-momen tertentu saja panggilan Le ini diucapkan. Di luar itu, Ibunya sering memanggil Mas Bambang dengan sebutan Mbang saja.

Mendengar suara Ibunya yang berisi permohonan disertai panggilan Le tersebut tentu mau tidak mau Mas Bambang harus segera menjawabnya.

"Iya, Bu"

"Ibu tunggu ya, Le?"

"Iya, Bu"

Tidak lama setelah panggilan telepon dari Ibunya, Mbak Della juga menelepon lagi yang isi pesannya sama.

Setelah menerima telepon bertubi-tubi tersebut, dua kali dari Ibunya dan dua kali dari Mbak Della di pagi hari yang sama, maka Mas Bambang segera meluncur ke Pasuruan. Di atas sepeda motor "Ninja", Mas Bambang memacu kendaraannya dengan sangat kencang melintasi Bundaran Waru, Aloha lalu melesat melintasi Porong, Gempol, Bangil, dan terakhir Ngopak, Pasuruan. Dalam waktu kurang dari dua jam, Mas Bambang sudah sampai di rumahnya.

Ternyata di rumahnya sudah ramai, banyak tamu.

Mas Bambang rada bingung, ada apa ini.

Terlihat keluarganya sedang berbincang dengan para tamunya.

Banyak makanan yang disuguhkan di atas meja tamu yang telah diatur rapi.

Belum sempat menanyakan kepada salah satu tamunya yang sebagian berada di luar karena ruang tamu di dalam tak cukup, tiba-tiba ada suara panggilan dari Mbak Della sambil memberikan tanda untuk masuk dan menyuruh Mas Bambang duduk di kursi yang sengaja dikosongkan khusus untuk dirinya. Kursi tersebut terletak di tengah di antara kursi Ibunya dan kursi Mbak Della. Di hadapan Mas Bambang dipisahkan oleh meja panjang telah duduk seorang gadis yang sangat cantik yang tempat duduknya diapit oleh dua orang. Kursi sebelah kanan dan kiri meja juga ada yang menempati. Mas Bambang semakin bingung. Dalam hati bertanya, ada apa ini. Mbak Della yang duduk disamping hanya berbisik kepada Mas Bambang dengan kata-kata singkat: " Nurut saja dik, ikuti prosesnya".

Mas Bambang menjawab, "Ya, Mbak".

"Baiklah, karena Mas Bambang sudah hadir, maka mari kita mulai acara silaturahmi ini" Orang yang duduk di sebelah kanan meja membuka pembicaraan.

Orang tersebut memperkenalkan dirinya sebagai wakil dari pihak tamu. Namanya Ustad Hamid. Semua anggota rombongan dari tamu diperkenalkannya satu per satu, termasuk tiga orang yang duduk di depan Mas Bambang. Dengan nada canda tapi ramah, Ustad Hamid memperkenalkan gadis cantik yang duduk di depan Mas Bambang. Namanya Rohimah Arrum Fitriyah putri tunggal Pak Haji  Zamroni dan Bu Hajjah Mufidah, duduk di sebelah kanan dan kiri Rohimah.

Rohimah ini dulu ketika SD, murid Ibunya Mas Bambang dan selalu ranking satu, kemudian mondok di pesantren dan meneruskan lagi di perguruan tinggi hingga memperoleh gelar Sarjana Ilmu Agama. "Ini bukan iklan loh, Mas Bambang" Candaan dari Ustad Hamid disambut senyum dan tawa para tamu dan keluarga Mas Bambang. Mas Bambang ternyata juga ikut senyum dan tertawa senang mendengarkan candaan tersebut. Juga disampaikan oleh Ustad Hamid tentang maksud kedatangannya, yaitu memenuhi permintaan Ibunya Mas Bambang yang sudah kenal sangat baik dengan Orangtua Rohimah dan telah sepakat untuk menjodohkan Rohimah dengan Mas Bambang. Mereka semua sudah setuju termasuk Rohimah siap mengabdi sebagai teman hidup Mas Bambang jika Mas Bambang menyetujuinya.

Ketika Ustad Hamid menceritakan hal tersebut, di dalam hati Mas Bambang terbayang wajah teduh Mbah Soleh yang pernah menyampaikan bahwa jodohnya sudah ada di Ibunya. Dan hari ini kata-kata Mbah Soleh terbukti. Anehnya semakin mengingat kata-kata Mbah Soleh tersebut, semakin yakin bahwa Rohimah adalah jodohnya.

"Bagaimana Mas Bambang, apakah setuju dijodohkan dengan Mbak Rohimah Arrum Fitriyah?"

"Iya Pak Ustad, saya setuju" Jawab Mas Bambang.

"Bagaimana Mbak Rohimah Arrum Fitriyah, apakah setuju dijodohkan dengan Mas Bambang?"

"Iya Pak Ustad, saya setuju" Jawab Rohimah.

"Alhamdulillah" Ustad Hamid mengucapkan alhamdulillah dan serentak diikuti oleh semua yang hadir.

Pihak keluarga juga telah sepakat akan memutuskan kapan waktu pernikahannya setelah Mas Bambang dan Rohimah diberikan waktu tiga bulan untuk saling mengenal pribadi masing-masing. Kecuali, Mas Bambang dan Rohimah bersepakat untuk mempercepat waktu pernikahannya.

(dipanggil pulang, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Dipanggil Pulang. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun