Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekelebat Cerpen: Yang Penting Menyadari

30 April 2024   07:27 Diperbarui: 30 April 2024   07:28 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | Yang Penting Menyadari

Di depan Mbah Romli, sudah duduk tiga orang, Mas Bambang, Ridwan dan Pacarnya. Mbah Romli nampak sangat senang sekali ditamui tiga anak muda yang mau bersusah-susah naik ke puncak Bukit Pegat bersilaturahmi dengan dirinya. Dipandangnya tamunya satu per satu dengan pandangan mata teduh penuh kasih dan keharuan. Didoakan tamunya satu per satu dengan ketulusan doa semoga selalu diberi keselamatan.

Mbah Romli minta ijin sebentar untuk membuatkan kopi, tapi dicegah oleh Mas Bambang.

"Mbah, biar saya saja yang buat kopinya. Boleh ya Mbah?"

"Boleh, Mas Bambang"

Mas Bambang segera ke dapur menyalakan kompor minyak, menuangkan air ke dalam Dandang dan menaruhnya di atas kompor. Sementara menunggu air mendidih, Mas Bambang kembali lagi ke ruang tamu.

Ridwan dan pacarnya sedang serius menanyakan sesuatu ke Mbah Romli.

Mas Bambang sebelumnya sudah menceritakan kepada Ridwan dan pacarnya tentang kemampuan Mbah Romli menentukan angka kematian. Angka kematian tanpa satuan waktunya.

Mas Bambang tak ingin mengganggu keseriusan mereka. Mencoba diam menyaksikan prosesi peramalan angka kematian Pacarnya Ridwan. Pacarnya Ridwan mendapatkan angka kematian lima puluh (50). Pacarnya Ridwan senang sekali hasil angka ramalannya besar. Dia mengira kalau dijumlahkan dengan usianya sekarang 25 tahun akan ketemu angka 75 tahun. Usia yang masih panjang, menurutnya. Prosesi kedua untuk Ridwan juga menghasilkan angka kematian yang sama, yaitu lima puluh (50). Ridwan juga sangat bergembira mendapatkan angka kematian yang besar. Tafsiran Ridwan sama dengan tafsiran pacarnya Ridwan, menafsirkan hidupnya bisa mencapai usia tua. Ungkapan kegembiraan Ridwan dan Pacarnya terlihat dari pelukan erat pacarnya Ridwan sambil mengucapkan selamat kepada Ridwan dan sebaliknya Ridwan membalas pelukan pacarnya sambil mengucapkan selamat.

Mas Bambang kembali lagi ke dapur melanjutkan bikin kopi dengan rebusan air yang sudah mendidih. Dibawanya di atas nampan, empat cangkir berisi larutan kopi panas ke ruang tamu.

"Alhamdulillah kopinya sudah jadi, Mbah"

"Alhamdulillah dan terima kasih, Mas Bambang sudah membantu Mbah membuatkan kopi" Mbah Romli kemudian mempersilahkan semuanya untuk menikmati kopi setelah nanti panasnya berkurang.

Sambil menunggu panasnya kopi berkurang, Mbah Romli kembali mengingatkan bahwa angka ramalan dari dirinya tersebut hanya berupa angka saja atau angka gundulan tanpa satuan. Tanpa satuan baik itu satuan jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan seterusnya. Mbah Romli berpesan bahwa tentang satuan dari angka tersebut silahkan ditemukan sendiri dengan selalu ingat kepada Gusti dan yang penting menyadari bahwa kita ini hanyalah makhluk yang tak berdaya, kecuali diberdayakan oleh Sang Khaliknya atau Sang Penciptanya.

Kami bertiga mendengarkan dengan hikmat wejangan dari Mbah Romli yang sangat penting tersebut. Setidak-tidaknya ada tiga hal penting di dalam isi pesan Mbah Romli. Pertama, ramalan angka kematian yang disampaikan Mbah Romli sama sekali tidak memastikan satuan waktunya, hanya berupa angka saja. Kedua, Satuan waktunya dipersilahkan untuk menemukan sendiri dengan selalu ingat kepada Gusti. Ketiga, yang penting menyadari bahwa diri ini hanyalah ciptaan atau makhluk saja yang tak berdaya kecuali diberdayakan oleh Sang Penciptanya: La Haula Wala Quwwata Illa Billahil Aliyil Adzim.

(yang penting menyadari, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Yang Penting Menyadari. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun