Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekelebat Cerpen: Bertemunya Dua Orang Hebat (3)

22 April 2024   08:00 Diperbarui: 22 April 2024   08:02 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen - Bertemunya Dua Orang Hebat (3)

"Hilangkan pikiran ingin cepat sampai, Mas Bambang...hehehe" Mbah Soleh membuka percakapan sambil terus berjalan kaki menaiki Bukit Pegat.

"Ya, Mbah" Saya menjawab di sela-sela tarikan nafas yang mulai tersengal.

Mbah Soleh sangat tahu persis isi pikiran saya yang ingin cepat sampai untuk mempertemukan Mbah Soleh dengan Mbah Romli atau Mbah Ramal.

"Anggap saja perjalanan ini seperti kita sedang ngopi di Warung Kopi Pak Dul, Mas Bambang...setiap sruputannya bukan dipicu oleh keinginan untuk menghabiskan kopi, tapi dipicu untuk melengkapi tema obrolan kita....sehingga tanpa terasa habis segelas kopi....hehehe"

"Ya, Mbah...perjalanan ini akan saya coba anggap seperti sedang ngopi di Warung Kopi"

Nasihat Mbah Soleh ini akan saya coba praktekkan dengan cara berjalan sambil ngobrol atau tepatnya diskusi, bukan berjalan tanpa kata terucap atau diam membisu. Tetapi berjalan yang memberikan banyak manfaat karena selain berjalan juga kita isi dengan mendiskusikan hal-hal yang penting dan bermanfaat sehingga nantinya tidak terasa telah sampai di puncak bukit.

"Hehehe....betul Mas Bambang, Mbah setuju sekali"

"Setuju tentang apa ya, Mbah?"

"Setuju tentang cara berjalan yang tidak diam membisu....hehehe" Jawab Mbah Soleh dengan keramahan senyumnya yang khas, "hehehe".

Entah sudah berapa puluh kali Mbah selalu tepat membaca pikiran saya.

Seandainya saya memiliki ilmu seperti yang Mbah Soleh miliki itu, niscaya dialog yang terjadi adalah dialog antar batin, bukan dialog yang terucap seperti pada umumnya antar dua orang yang sedang berdialog. Wujudnya seperti diam membisu, namun sejatinya sedang terjadi perbincangan antar dua batin.

Karena saya tidak memiliki ilmu membaca pikiran seperti ilmu yang dimiliki Mbah Soleh tersebut, maka akibatnya adalah saya selalu terkaget-kaget ketika apa yang saya pikirkan itu berhasil dibaca oleh Mbah Soleh.

Perjalanan mengikuti jalan setapak ke rumah Mbah Romli di puncak Bukit Pegat, baru tertempuh kira-kira sepertiganya atau dalam hitungan jam baru tertempuh selama satu jam. Mumpung masih ada waktu dua jam perjalanan lagi, akan saya isi perjalanan ini dengan sambil menanyakan satu hal yang menurut saya sangat penting, yaitu tentang rahasia ilmunya Mbah Soleh sehingga bisa membaca pikiran orang lain.

(bertemunya dua orang hebat (3), 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Bertemunya Dua Orang Hebat (3). Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun