Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekelebat Cerpen: Langkah Kedua Indah

4 April 2024   08:00 Diperbarui: 4 April 2024   08:05 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekelebat Cerpen | Langkah Kedua Indah

Dari perbukitan Doro, Indah menuruni jalan berliku seberliku kisah hidupnya yang tak pasti. Setiap liku dan persimpangan jalan baginya mengandung banyak kemungkinan. Demikian pula ketika Indah sampai di Kedungwuni juga ada banyak kemungkinan. Kemungkinan untuk berhenti sejenak menengok salah satu kios milik Ibunya, dimana Indah sering menemani menjaga kios setelah pulang dari sekolah. Atau kah kemungkinan Indah harus meneruskan langkah keduanya, yaitu belok ke barat kemudian ke selatan lagi menuju Wonopringgo dan terus menuju ke Kajen. Atau juga kemungkinan untuk langsung dari Kedungwuni menuju utara kembali ke rumahnya di Pekajangan. Ternyata Indah lebih memilih ke Kajen, ke tempat dulu Ibunya dilahirkan. Di tempat inilah nanti Indah akan melaksanakan langkah keduanya yaitu menelepon Mas Bambang untuk meminta tanggapannya atas rencana perubahan keputusan Indah untuk kembali ke Mas Toni.

Di Kajen, Indah menelepon Mas Bambang dengan hati yang masih diliputi rasa kebimbangan untuk membuktikan pesan Ibunya yang dilewatkan ke dalam mimpi Indah.  Membuktikan apakah betul cintanya Mas Bambang sangat luas kepada dirinya. Luas dalam arti cinta tak harus memiliki.

"Halo, assalamualaikum Mas Bambang"

"Halo, wa alaikumsalam, In"

"Lagi apa ini, Mas Bambang?"

"Lagi kerja, In. Kok Indah belum pulang ke Bandung, apakah sudah ijin kantor, In?"

"Iya, Mas, Indah sudah dapat ijin cuti dari Kantor"

"Sudah berhasil dapat surat persetujuan dari Mas Toni, kan, In?"

"Sudah, Mas"

"Alhamdulillah kalau begitu, In. Saya sangat senang sekali, In, karena berarti kita tidak lama lagi akan menikah menjadi suami istri yang sah."

Jawaban dari Mas Bambang ini membuat hati Indah ingin mengurungkan niatnya untuk bercerita tentang mimpi yang berisi pesan Ibunya agar Indah kembali ke Mas Toni.

Setelah agak lama menahan perasaan Indah yang juga sangat mencintai Mas Bambang, akhirnya di dalam pembicaraan via telpon dengan Mas Bambang, Indah ceritakan semua kronologis pertemuannya dengan Mas Toni dan Ayah serta Ibunya Mas Toni dengan diantar Bu Lik dan Pak Liknya. Indah menceritakan juga tentang perasaan trenyuh dan terharunya atas permintaan Ayah Mas Toni agar Indah mau mendoakan suapaya Mas Toni mau menikah dengan selain dirinya. Sementara Mas Toni tetap tak akan menikah kecuali dengan Indah. Harapan untuk memiliki cucu dari keturunan Mas Toni seolah menjadi sirna dan putuslah harapan Ayah dan Ibunya Mas Toni tersebut. Juga diceritakan oleh Indah tentang janji Mas Toni untuk tidak melakukan KDRT lagi. Indah tak lupa pula menceritakan tentang kehadiran Ibunya dalam mimpi Indah yang meminta Indah untuk kembali ke Mas Toni.

"Bagaimana, Mas, apa pendapat Mas Bambang tentang cerita Indah tadi?"

"Hemmm, bagaimana ya In? saya pasrah saja dengan apa yang akan diputuskan oleh Indah"

"Kalau misalnya Indah kembali ke Mas Toni, bagaimana perasaan Mas Bambang?"

"Perasaaan saya ya harus mengikhlaskan demi kebahagiaan Indah bersama Mas Toni serta demi harapan Ayah dan Ibunya Mas Toni untuk memiliki cucu keturunannya."

"Terus bagaimana nanti perasaan Ibu Pasuruan dan Mbak Della, Mas?"

"Tentang perasaan Ibu Pasuruan dan Mbak Della, nanti saya yang akan mencoba menjelaskan sesuai cerita Indah tadi. Ternyata serinci apapun rencana kita, In, pada akhirnya Tuhanlah yang menentukan. Demi kebahagiaan Indah, saya harus ikhlas mencintai Indah meskipun tidak harus memiliki Indah"

"Iya Mas Bambang, maafkan Indah yang sebesar-besarnya ya Mas ya?"

"Iya, In, saya selalu memaafkan dan memaklumi semua yang telah, sedang, dan yang akan dilakukan oleh Indah."

"Sampaikan maaf Indah juga ya Mas Bambang kepada Ibu Pasuruan dan Mbak Della?"

"Iya, In, Insyaallah akan saya sampaikan segera"

"Assalamualaikum, Mas Bambang"

"Wa alaikum salam, In"

Selesai menelepon Mas Bambang, Indah menangis tersedu-sedu. Indah menangis tersedu-sedu karena sekilas terbayang betapa sayangnya Ibunya Mas Bambang kepada Indah, demikian juga begitu baiknya Mbak Della kepada Indah.

(langkah kedua indah, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Langkah Kedua Indah. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun