Alhamdulillah Indah sudah sampai di Pekalongan dengan selamat. Perjalanan yang dilaluinya dari Bandung menuju Pekalongan lancar.
Tak lupa, Indah membawakan oleh-oleh buat keponakan-keponakan tercinta. Ada makanan camilan khas Bandung, juga ada yang sangat spesial Indah berikan kepada keponakannya tersebut, baju kaos Persib Bandung dengan ukuran khusus buat anak-anak, komplet dengan slayer yang bertuliskan "MAUNG BANDUNG" dengan huruf besar semua. Bagaimanapun Indah sudah hidup lama dan terhidupi dengan mencari rejeki di Bandung, maka tak ada salahnya bila Indah ikut merasa bangga dengan Persib Bandung.
Sampai di kampung halamannya, Desa Pekajangan, Indah tidak langsung menuju ke rumahnya, tapi singgah sholat dulu di Masjid Taqwa, Desa Pekajangan. Masjid yang sangat megah meskipun berada di desa. Letaknya di pinggir jalan raya yang menghubungkan Kota Pekalongan dengan Kecamatan Kedungwuni.
Indah tak lupa berdoa dengan khusyuk semoga acara pertemuannya dengan Mas Toni berlangsung lancar, damai, dan hubungan kekeluargaan antar keluarga besar Indah dan keluarga besar Mas Toni kembali baik. Indah juga berdoa, Mas Toni menepati janjinya untuk menyerahkan surat persetujuan atas gugatan cerainya.
Tiba di rumah, Indah sudah disambut lebih dahulu oleh keponakan-keponakannya. Mereka senang sekali dibawakan oleh-oleh dan semakin bertambah senang sekali ketika ada baju kaos yang pas dengan ukurannya. Saat itu juga baju kaos Persib Bandung dan slayernya mereka pakai. Indah senang sekali melihat keceriaan keponakannya.
"In, rencana kita ke rumah Mas Toni bertiga saja ya?, biar tidak merepotkan mereka, dan juga biar tak ada kesan nglurug" Bu Liknya Indah memulai pembicaraan setelah suasana agak tenang dan anak-anak pada bermain di halaman luar rumah.
"Ya, In, betul kata Bu Lik-mu, terutama biar nggak ada kesan nglurug, dan juga biar Mas Toni tidak malu terkait dengan isi surat dukungan dari pihak kita, In" Pak Liknya Indah ikut menambahkan pembicaraan.
"Inggih (ya), Indah setuju sarannya Bu Lik dan Pak Lik".
Mereka bertiga, Indah, Bu Lik, dan Pak Lik, berangkat menuju rumah Mas Toni. Di kampung ini, boleh dikatakan, keluarga Mas Toni termasuk keluarga yang sangat berada. Rumahnya megah hanya dihuni oleh ayah ibunya Mas Toni, Mas Toni, dan beberapa pembantunya. Mas Toni termasuk anak semata wayang atau anak tunggal. Dari sudut pandang harta kekayaan, banyak warga desa yang menyayangkan Indah tidak mau bersanding dengan Mas Toni. Semua kebutuhan hidup tercukupi, untuk hidup mewah pun Mas Toni bisa memenuhi. Tapi yang namanya cinta barangkali punya logika tersendiri. Bagi Indah apalah artinya harta kekayaan berlimpah jika tidak cinta.
Sampai di depan rumah Mas Toni, Indah dan Bu Lik setrta Pak Liknya sudah disambut oleh ayah ibunya Mas Toni dan Mas Toni. Mereka bertiga sangat ramah dan tulus menyambut kedatangan Indah.
Melihat kedatangannya disambut langsung oleh kedua orang tua Mas Toni, Indah langsung memeluk Ibunya Mas Toni dan sungkem sambil mengatakan, " Maafkan Indah, ya Bu?". Ibunya Mas Toni langsung membalas permohonan maaf Indah, " Tidak apa-apa, Nduk...takdirnya memang harus demikian"
"Pak, maafkan Indah ya Pak ya?" Ayahnya Mas Toni juga langsung membalas permohonan maaf Indah, " Bapak ikhlas, Nduk, doakan Mas Toni ya Nduk ya semoga Mas Toni mau menikah dengan selain genduk?"
"Inggih, Pak"
Setelah Indah selesai sungkem dengan ayah-ibunya Mas Toni, kemudian Mas Toni mendekat ke Indah, menyampaikan surat persetujuan sesuai dengan yang telah dijanjikannya.
Indah menerima surat persetujuan tersebut. Setelah dibaca dan betul isinya sesuai harapan Indah, lalu Indah mengucapkan terima kasih kepada Mas Toni.
Kemudian Mas Toni dengan suara bergetar menyampaikan permintaan maafnya atas kekhilafan yang pernah dilakukan ketika hidup bersama Indah.
Indah menerima permintaan maaf Mas Toni, kemudian Indah, Bu Lik dan Pak Liknya mohon diri berpamitan.
Indah sangat bahagia dan bersyukur, perpisahan terakhirnya dengan Mas Toni berlangsung sesuai harapan. Mas Toni telah menepati janjinya menyerahkan surat persetujuan yang sangat-sangat Indah butuhkan.
(perpisahan terakhir indah, 2024)
Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Perpisahan Terakhir Indah. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Pernikahan Indah
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Pernikahan Kedua Indah
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Kesucian Indah
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!