Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekelebat Cerpen: Kemarahan Indah

24 Maret 2024   08:00 Diperbarui: 24 Maret 2024   08:43 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | Kemarahan Indah

Seperti biasanya ketika sedang bersama Indah, hape saya dan hape Indah dimatikan, dengan tujuan agar tidak ada gangguan dari notifikasi dan dari panggilan yang masuk. Kecuali ada hal yang sangat penting sekali. Itupun atas kesepakatan kami berdua.

Lebih-lebih ini hari minggu. Hari libur kerja. Lebih spesial lagi urusan proyek pengembangan produk baru, khususnya RKAB sabtu kemarin sudah dinyatakan final dan senin besok siap diusulkan ke pucuk pimpinan perusahaan untuk mendapatkan persetujuan.

Indah sudah saya beritahu tentang hal tersebut dan merasa senang sekali karena kekhawatiran Indah tentang hubungan saya dan Mbak Ikhe sudah sirna dari perasaannya.

"Selamat ya Mas Bambang, mudah-mudahan proposalnya disetujui dan komersialisasi dari produk barunya nanti bisa meningkatkan bottom line atau profit perusahaan Mas Bambang"

"Aamiin, In. Terima kasih atas kebaikan doa Indah."

"Tapi ada yang membuat hati Indah sangat senang sekali loh, Mas Bambang"

Saya sengaja tidak menanyakan " apakah itu, In?" tapi sambil tertawa saya menggantinya dengan kalimat ini, "Saya coba tebak ya In?...hehehe"

"Silahkan Mas Bambang tebak kira-kira apa coba yang membuat hati Indah sangat senang sekali?"

"Yang jelas pasti ada kaitannya dengan Mbak Ikhe ya?"

"Iya, betul banget Mas Bambang...hehehe" Indah membenarkan jawaban saya disertai dengan tertawa kecilnya yang sangat Indah.

Di saat kami sedang berbincang santai diselingi tertawa renyah bersama Indah, tiba-tiba ada mobil yang berhenti di depan rumah kos Indah, tepat tak jauh dari tempat duduk saya dan Indah di taman depan rumah.

Mbak Ikhe keluar dari mobil langsung menemui saya.

"Hapenya Mas Bambang dimatikan ya?. Tadi Ikhe ke rumah kos Mas Bambang, untungnya ada yang ngasih tahu kalau kemungkinan Mas Bambang sedang di rumah kos Mbak Indah"

"Iya, Mbak Ikhe, seperti biasanya hape saya matikan kalau lagi bareng sama Indah"

"Wah, kalau begitu maafkan Ikhe sudah mengganggu Mas Bambang dan Mbak Indah"

"No, problem, Mbak Ikhe"

" Begini Mas Bambang, tentang RKAB yang kemarin sudah difinalisasi itu, Ikhe kepingin ngechek lagi biar tambah clear"

Saya lihat ada aura ketidaksenangan di wajah Indah yang coba dia tahan dengan cara diam.

"Apakah bisa dichek di sini saja sekarang?" Sambil saya mempersilakan Mbak Ikhe untuk duduk di dekat meja yang panjang.

"Di sini kayaknya kurang memungkinkan untuk presentasi, Mas Bambang. Ikhe ada tempat yang lengkap dengan LCD buat presentasi."

Kemudian Mbak Ikhe menoleh ke Indah, " Mbak Indah, mohon maaf ya, Mas Bambang saya pinjam dulu sebentar buat menyelesaikan pekerjaan kantor"

Saya juga mendekat ke Indah sambil mengatakan, "In, boleh nggak saya pergi bersama Mbak Ikhe untuk menyelesaikan pekerjaan kantor?"

Karena Indah lama tak menjawab, kemudian Mbak Ikhe langsung mengatakan, "Atau barangkali Mbak Indah mau ikut?, dipersilakan loh, Mbak"

Mendengar tawaran dari Mbak Ikhe tersebut, Indah merasakan ada ketidaktulusan ajakan dari Mbak Ikhe, kemudian Indah langsung dengan cepat menjawab," Oh nggak, Mbak Ikhe. Silakan sama Mas Bambang. Indah menunggu di dalam saja." Indah langsung pergi masuk ke dalam rumah kosnya tanpa menoleh ke saya dan tanpa menjawab boleh tidaknya saya pergi bersama Mbak Ikhe.

Sehabis mengerjakan rechecking atau re-finalisasi RKAB yang sebenarnya sudah diputuskan final kemarin, saya diantarkan Mbak Ikhe kembali ke rumah kos Indah. Setelah mengantarkan saya, Mbak Ikhe langsung pamit pulang sambil menitipkan salam terima kasih untuk Indah.

Saya mengetuk kamar Indah berkali-kali tak ada jawaban. Kamar dikunci dari dalam, terdengar bunyi suara TV yang makin dikeraskan. Hape Indah juga masih dimatikan.

(kemarahan indah, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Kemarahan Indah. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun