Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekelebat Cerpen: Pernikahan Indah

21 Maret 2024   10:00 Diperbarui: 21 Maret 2024   10:13 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | Pernikahan Indah

Melalui videocall wa, Indah meminta saya untuk mengomentari tentang penampilannya secara detil.

Ada lima baju yang telah dijajar rapi di atas tempat tidur Indah, kemudian video disorotkan satu per satu ke masing-masing baju milik Indah tersebut.

"Mas Bambang, lebih suka Indah mengenakan baju yang mana Mas dari pilihan nomor satu yang paling kiri sampai dengan pilihan nomor lima yang paling kanan?”

Saya mikir sebentar kemudian saya jawab.

“Sepertinya bagus semua, In.”

“Kalau begitu coba nanti Mas Bambang lihat dan komentari ya mas, setelah Indah pakai baju yang nomor satu atau yang paling kiri?”

“Ok, In”

“Indah matikan dulu videocallnya ya Mas Bambang, Indah mau ganti baju dulu”

“Iya, In.”

Sepuluh menit kemudian, Indah videocall lagi menunjukkan pakaian yang dikenakannya.

“Bagaimana komentar Mas Bambang?”

“Makin cantik banget, In.”

“Saya ganti baju ke baju yang nomor dua ya Mas Bambang?...videonya  Indah matikan dulu ya Mas bambang?”

“Iya, In.”

Sepuluh menit kemudian, Indah videocall lagi menunjukkan pakaian yang dikenakannya.

“Bagaimana komentar Mas Bambang?”

“Makin cantik banget, In.”

“Saya ganti baju ke baju yang nomor tiga ya Mas Bambang?...videonya  Indah matikan dulu ya Mas bambang?”

“Iya, In.”

Sepuluh menit kemudian, Indah videocall lagi menunjukkan pakaian yang dikenakannya.

“Bagaimana komentar Mas Bambang?”

“Makin cantik banget, In.”

“Saya ganti baju ke baju yang nomor empat ya Mas Bambang?...videonya  Indah matikan dulu ya Mas bambang?”

“Iya, In.”

Sepuluh menit kemudian, Indah videocall lagi menunjukkan pakaian yang dikenakannya.

“Bagaimana komentar Mas Bambang?”

“Makin cantik banget, In.”

“Saya ganti baju ke baju yang nomor lima ya Mas Bambang?...videonya  Indah matikan dulu ya Mas bambang?”

“Iya, In.”

Sepuluh menit kemudian, Indah videocall lagi menunjukkan pakaian yang dikenakannya.

“Bagaimana komentar Mas Bambang?”

“Makin cantik banget, In.”

“Komentar Mas Bambang kok sama semua?”

“Lha memang faktanya begitu kok, In. Indah makin cantik banget dengan lima pilihan baju tadi.”

“O, begitu ya, Mas?”

“Iya, In.”

Setelah saya jawab semuanya dengan komentar yang sama persis, lantas Indah nampak seperti sedang berpikir atau sedang menimbang-nimbang memilih baju yang paling sesuai untuk acara pernikahan nanti. Indah kemudian bertanya kepada saya.

“Kalau Mas Bambang nanti akan memakai baju warna apa, Mas?”

“Warna hijau lumut tua, In.”

“Wow keren itu Mas. Kalau begitu Indah akan memakai baju yang nomor tiga saja, Mas. Kebetulan warnanya mirip dengan warna hijau lumut, bedanya hijau lumutnya agak muda.”

“Hampir sarimbit kalau begitu ya, In?”

“Iya betul, Mas Bambang.”

“Ada lagi yang perlu saya komentari, In? Misalnya pilihan sepatu yang akan dipakai Indah? “

“Enggak ada, mas....lagian percuma saja, lha wong komentar Mas Bambang semuanya sama...hehehe,”  Indah mencoba mengajak bercanda.

Tadinya akan saya jawab serius bahwa faktanya memang semua yang dikenakan oleh Indah cocok semua. Tapi berhubung Indah tertawa tanda bercanda, akhirnya saya pun ikutan tertawa.

Pagi ini kebetulan saya dan Indah diundang di acara pernikahan teman sekantornya Indah yang menikah dengan teman sekantor saya. Pihak laki-lakinya teman saya, sedangkan pihak perempuannya teman sekantor Indah. Undangnya jam delapan pagi sampai dengan jam satu siang. Saya dan Indah memutuskan datang lebih pagi biar tahu tiga prosesi pernikahannya yaitu prosesi ijab-kabul, prosesi panggih temanten, dan prosesi terakhir, prosesi resepsi penerimaan para tamu undangan.

Pada acara prosesi ijab-kabul, saya lihat Indah menitikkan airmata. Mungkin terharu menyaksikan prosesi tersebut. Prosesi inti sah tidaknya dua pasang calon pengantin menjadi suami-istri, Mungkin juga Indah teringat masa lalunya ketika dirinya bersama Mas Toni melangsungkan ijab-kabul yang berakhir kandas atau putus.

Saya sendiri merasakan suasana hikmat pada acara tersebut.

Acara ijab-kabul diakhiri dengan foto bersama. Saya dan Indah diajak foto bersama pasangan pengantin yang sudah resmi sah sebagai suami-istri. Di dalam foto bersama tersebut, pengantin putra memegang buku kecil nikah berwarna merah maroon sedangkan pengantin putri memegang buku kecil nikah berwarna hijau, keduanya dihadapkan ke depan kamera.


Dari tempat prosesi ijab-kabul ini, kemudian berpindah ke tempat acara utama yang berada di gedung pertemuan dengan kapasitas yang relatif sekian kali lebih besar. Di tempat ini akan dilaksanakan dua acara yaitu acara panggih temanten dan acara respesi penerimaan tamu undangan.

Biasanya acara prosesi ijab-kabul dan acara panggih temantin dihadiri hanya oleh tamu undangan khusus dari  kerabat keluarga terdekat dan teman dekat pengantin. Saya dan Indah termasuk diundang sebagai teman dekat.

Acara panggih temanten dimulai jam sepuluh minggu siang kemudian dilanjutkan dengan acara resepsi penerimaan tamu undangan sampai jam satu siang.

Ketika menyaksikan acara panggih temanten terutama pada momen masing-masing pengantin sungkem pada ibu dan bapak mertua pengantin laki-laki dan pengantin perempuan, nampak Indah juga menitikkan airmata. Saya menduga barangkali Indah ingat kedua orang tuanya yang sudah tiada. 

Sebagai sahabat karib dari kedua mempelai, saya dan Indah mengikuti jalannya prosesi pernikahan tersebut hingga selesai. Prosesi pernikahan yang sangat sakral dan indah untuk menuju Keluarga yang Sakinah Mawaddah Warahmah Till Jannah.

(pernikahan indah, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Pernikahan Indah. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun