Sekelebat Cerpen | Kepergian Indah
Kepergian Indah atau kepergiannya Indah  (Lungone Indah) kali ini untuk mengurus statusnya yang masih menggantung. Statusnya Indah sekarang ini masih sebagai suaminya Mas Toni.
Antara sedih dan gembira, campur aduk di hatinya Indah.
Sedih karena proses perceraiannya berlarut-larut lama sekali belum selesai. Gembira karena Indah sudah mendengarkan langsung dari saya tentang rencana saya untuk menikah dengan Indah. Setelah ada kejelasan status Indah sebagai Janda, saya akan menjadikan Indah sebagai pendamping hidup saya sampai saya menutup mata. Indah pun sudah setuju dengan rencana saya tersebut dengan menambahkan ungkapan hati bahwa dia sudah rela, ikhlas hati untuk menerima saya sebagai suaminya atau imamnya sampai dirinya juga menutup mata.
Karena saking bahagianya mendengar rencana saya untuk menikah dengan Indah, dia langsung secara spontan berkata dengan mata berkaca-kaca menitikkan airmata keharuan dan kebahagiaan yang teramat sangat.
"Meskipun di bagian lain hati Indah ini ada kesedihan karena ada masalah yang belum selesai, namun sudah terobati dengan kebahagiaan yang telah Mas Bambang berikan untuk Indah".
" Iya, In. Semoga untuk seterusnya kita selalu berikhtiar dan berdoa agar senantiasa diberikan kebahagiaan hati yang jauh melebihi kebahagiaan materi ya In?"
"Iya, Mas Bambang...Aamiin YRA"
Indah semakin larut terbawa perasaan bahagia dan semakin mendekatkan dirinya ke saya.
"Ciumlah Indah, Mas...di mana pun yang Mas Bambang suka, karena Indah sekarang sudah menjadi milik Mas Bambang"
"Jangan marah ya, In. Tunggu sampai kita benar-benar resmi sebagai suami-istri."
"Indah tidak akan marah, Mas. Indah akan dengan sabar menunggu."
Saya merasa sangat bersyukur sekali karena Indah sudah mengerti dan bisa menerima alasan penolakan saya untuk menciumi Indah.
Dengan saling bersabar antara saya dan Indah, Insya Alloh tidak ada yang ternodai, Â karena bisa saling menjaga dan menahan diri sampai waktunya yang sah tiba sebagai suami-istri.
Kembali ke pembicaraan awal tentang kepergian Indah, Indah sudah bertekad untuk pergi menyelesaikannya sendiri, meskipun harus sering bolak-balik Bandung-Pekalongan. Kebetulan juga pihak pimpinan perusahaan atau atasannya Indah sangat mendukung dan sudah mengizinkan Indah untuk menyelesaikan persoalan rumah tangganya sampai tuntas dan mendapatkan status yang jelas.
Indah juga sudah meminta saya untuk tidak menemani kepergiannya demi mencegah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tak diinginkan di sana.
Saya menyetujui permintaan Indah tersebut agar saya tak menemani kepergian Indah. Hanya saya menitipkan pesan agar dalam pengurusan surat perceraiannya tersebut, Indah selalu bersabar hati, tidak gampang tersulut emosi. Berjuanglah di persidangan dengan cara yang baik.
(kepergian indah, 2024)
Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Kepergian Indah. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Pertemuan Indah
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Kesedihan Indah
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Kebahagiaan Indah
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!