Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekelebat Cerpen: Cita-Cita Indah

2 Maret 2024   06:06 Diperbarui: 2 Maret 2024   06:08 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | Cita-Cita Indah

Cita-cita indah akan benar-benar menjadi cita-cita yang indah apabila pertama, cita-cita itu tercapai. Kedua, bermanfaat bagi diri yang bercita-cita. Ketiga, bermanfaat bagi orang lain atau kemanfaatannya dibutuhkan masyarakat. Apakah cita-citanya Indah termasuk cita-cita indah? Nanti akan saya coba tanyakan kepada Indah tentang cita-citanya Indah.

Suasana sore hari di sini dengan semilir angin sore yang sejuk dan indah ditambah nuansa di luaran sana yang juga pasti indah, maka semakin menguatkan niat hati untuk membawa serta diri ini dari sini menuju ke sana. Karena di hati telah senada ingin merasakan keindahannya. Merasakan keindahan yang juga melingkupi antara pemandangan yang di luar diri dan getar-getar perasaaan di dalam hati yang sedang menjalankan fungsi rasa. Dari itu semua maka terjadilah sinkronisasi rasa yang saling menghidupkan jiwa untuk kemudian menghayati lalu mensyukuri.

Rencananya, saya ingin mengajak Indah untuk merasakan keindahan tersebut dengan cara menyusuri kemeriahan Jalan Merdeka kemudian capeknya kita berdua singgahkan di BIP (Bandung Indah Plaza). Nah, di sini ini akan saya tanyakan tentang apa cita-citanya Indah dan setelah mendapatkan jawaban dari Indah akan saya simpulkan apakah cita-citanya Indah termasuk cita-cita indah.

Untuk menindaklanjuti rencana saya tersebut, maka meluncurlah saya ke rumah kosnya Indah. Sebelum meluncur saya sempatkan menulis pesan WA untuk Indah agar ketika saya sampai di rumah kosnya,  Indah sudah siap dan bisa langsung saya ajak pergi tanpa menunggu lagi.

Dalam perjalanan, sempat saya tanyakan kepada Indah bahwa nanti di BIP akan pesan makanan apa. Indah bilang terserah Mas Bambang saja katanya. Indah juga bilang bahwa saya sudah tahu kesukaan Indah.

Setelah berjalan-jalan menyusuri Jalan Merdeka dan puas melihat-lihat keramaiannya kemudian saya dan Indah menuju dalamnya BIP untuk beristirahat sembari pesan makanan kesukaan Indah dan makanan kesukaan saya.

Di antara isi menu yang kami pesan, ada kesamaan kesukaan juga ada perbedaan kesukaan. Saya disuruh merasakan makanan yang disukai Indah walaupun Indah sudah tahu bahwa makanan itu tidak saya sukai. Kata Indah, "Ayo dicoba Mas....Ntar lama-lama, Mas Bambang pasti suka." Saya pun menirukan hal yang sama untuk Indah. Saya menyuruh Indah mencoba merasakan makanan kesukaan saya walapun saya sudah tahu bahwa makanan itu tak disukai Indah. Saya juga menirukan kata-kata Indah, " Ayo dicoba, In....Ntar lama-lama, Indah pasti suka."  Dengan saling menirukan tersebut, akhirnya Indah tertawa dan saya pun juga tertawa.

Di Jalan Merdeka saya berdiskusi dari hati ke hati bersama Indah secara merdeka. Membuka horison hati untuk mempelajari dimensi rasa dan kemanusiaan kita. Termasuk juga tentang ikhtiar-ikhtiar manusia dalam mencapai kebahagiaan sejati.

Setelah saya dan Indah selesai mendiskusikan berbagai hal, akhirnya, tibalah pada rencana awal saya untuk bertanya kepada Indah tentang cita-citanya Indah.

"In, saya ingin tanya, tolong dijawab dengan serius ya In?"

"Tumben Mas Bambang kata-katanya begitu," Indah seperti merasakan ada hal tak biasa dengan yang saya ucapkan. Mungkin karena ada nada paksaan harus serius itu barangkali.

"Apakah selama ini Indah tidak serius, mas... kok pakai kata-kata dengan serius?"

Untuk mencairkan suasana, saya jawab, "Sorry, In...itu hanya untuk menegaskan saja. Indah kan belum tahu isi pertanyaan saya..ya kan, In?"

"Oh iya ya...hehehe," Indah tertawa sambil mendekatkan wajahnya ke wajah saya. Saya pun ikutan tertawa sambil di dalam hati mengucapkan puji syukur alhamdulillah karena dapat melihat dari jarak sangat dekat keindahan wajahnya Indah.

"Lalu....pertanyaan Mas Bambang ke Indah, apa mas?"

"Ini pertanyaan saya In, apa yang dicita-citakan Indah atau apa cita-citanya Indah?" Plong atau lega rasanya pertanyaan sudah saya sampaikan ke Indah. Tinggal berikutnya kalau sudah dijawab, akan saya simpulkan apakah cita-citanya Indah termasuk cita-cita Indah.

"Cita-cita apa ya mas.....yang dimaksudkan Mas Bambang?" Indah mencoba bertanya balik barangkali agar nanti jawabannya tidak salah.

"Ya...cita-cita apa saja, In... yang kira-kira menurut Indah merupakan pengharapan yang paling tinggi dan sangat penting sekali untuk diwujudkan atau diraih, In."

"Oh, itu maksudnya ya mas. Baik, sekarang Indah sudah paham dan clear."

"Dengarkan dengan serius ya Mas Bambang...Inilah cita-citanya Indah,"  Indah sedikit bercanda untuk memecah ketegangan yang mungkin terlihat di wajah saya. Kemudian Indah mengatakan bahwa cita-citanya adalah sangat ingin menjadi pendamping hidup yang setia di dalam perjalanan hidup saya dari sekarang sampai mati.

Mendengar jawaban Indah, saya langsung speechless dan tak mau secara subyektif untuk menyimpulkannya.

Biarlah pembaca yang menilai dan menyimpulkan apakah cita-citanya Indah termasuk cita-cita indah.

(cita-cita indah, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Cita-Cita Indah. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun