Sekelebat Cerpen | Rindu Indah
Rindu indah akan menjadi kerinduan yang indah jika pemicu munculnya rindu adalah dari kehendak hati untuk bertemu kebaikan. Dari keinginan diri untuk memberi atau menerima kebaikan. Suatu kerinduan yang jika dipenuhi tidak berujung penyesalan. Lalu, kerinduan seperti apakah yang berujung penyesalan? Yaitu kerinduan yang pemicu kerinduannya dari kehendak nafsu.
Renungan tentang rindu ini sebenarnya masih bisa berlanjut seandainya tak terlihat ada yang datang. Hasil dari renungan diri ini buat pegangan bagi diri sendiri agar tak salah dalam menuruti kehendak rindu.
"Mas Bambang minggu depan ada waktu buat Indah, nggak mas?"
"Ada, In."
"Temani Indah nyekar (berziarah) ke Pekalongan ya, Mas?. Indah sudah kangen banget sama Ibuk. Indah ingin mendoakan di pusaranya Ibuk, mas." Mata Indah berkaca-kaca ketika menyampaikan rasa kangennya pada almarhumah ibundanya tercinta.
"Don't worry, In. Dengan senang hati, saya akan temani Indah."
"Sekalian mau ngasih oleh-oleh buat keponakan Indah. Indah juga sangat kangen sama mereka, mas."
"Iya, In."
Indah nampak berbahagia sekali dengan jawaban-jawaban saya tadi. Saya pun juga senang sekali dapat membantu menemani Indah berziarah ke makam Ibundanya tercinta.
(rindu indah, 2024)
Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Rindu Indah. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Indah (1)
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Indah (2)
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Indah (3)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!