Sekelebat Cerpen | 33 Putaran (3)
Setelah membuang kucing kesayangannya dan setelah menyaksikan orang begitu tega membuang anggota keluarganya yang gila di Desa Puter, Doni merenung di boncengan sepeda motor yang melaju agak kencang. Afton tersenyum sendirian diselingi bernyanyi-nyanyi sambil tetap lincah mengendarai sepeda motornya dalam perjalanan pulang. Sementara Doni, masih merenung diam nampak seperti ada aura penyesalan karena telah tega membuang kucing kesayangannya demi membuktikan kehebatan kucing kesayangannya yang selalu bisa pulang setiap kali dibuang.
Tapi kali ini nampaknya keyakinan Doni goyah tentang kucing kesayangannya yang selalu bisa pulang setiap kali dibuang. Meskipun keyakinan Doni tersebut telah disertai bukti yang tak pernah meleset. Goyahnya keyakinan Doni nampaknya sangat dipengaruhi oleh ritual yang hikmat dan sangat meyakinkan yang dilakukan oleh orang-orang tadi dalam mengelilingkan orang yang akan dibuangnya itu sejumlah 33 putaran. Lebih-lebih lagi bahwa yang menjadi pusat orbitnya adalah pohon beringin tua. Tambah menggoyahkan keyakinan Doni tentang bisa atau tidak bisanya pulang kucing kesayangannya. Jangan-jangan nanti benar-benar kucingnya tak bisa kembali pulang.
Doni mulai diliputi rasa was-was dan sedih. Juga mulai timbul perasaan berdosanya.
Afton nampaknya mulai tahu perasaan Doni, karena tak biasanya Doni diam seperti ini.
Dia belokkan sepeda motornya ke warung kopi.
"Ayo Don ngopi dulu?"
Doni hanya menjawab singkat "iya Ton", tapi kurang ceria seperti yang sudah-sudah kalau diajak ngopi. Mereka berdua sama-sama penyuka kopi, sama-sama penyuka diskusi. Sama-sama punya sifat ceria dan suka bereksperimen terhadap segala sesuatu yang mengusik rasa keingintahuannya. Kali ini tentang pengujian kehebatan kucingnya Doni.
Di dalam warung kopi, Doni masih menampakkan kekuarangceriaannya, sehingga setelah minum kopi dan makan beberapa jajanan gorengan, mereka cabut dari warung melanjutkan perjalanan pulang ke rumah Doni. Sebagai sahabat karib layaknya dwi tunggal kemana-mana sering bersama, tentu Afton sangat memahami perasaan Doni. Demikian pula sebaliknya Doni terhadap Afton, saling memahami dan mengerti perasaan masing-masing baik di kala suka maupun di kala duka.
Masih di atas boncengan dengan jarak kurang lebih seratus meter dari rumahnya tiba-tiba Doni berteriak kegirangan, " Alhamdulillah, alhamdulillah....alhamdulillah!," dia ucapkan berkali-kali dengan sangat senang sekali. Afton yang tengah mengendarai sepeda motor kaget bercampur kagum, karena ternyata kucing kesayangan Doni sudah berada di depan pintu pagar rumah Doni. Setelah turun dari boncengan sepeda motor, Doni pun bergegas menggendong kucing kesayangannya itu sambil mengajak bicara, "Maafkan saya ya Ming...maafkan saya ya Ming, saya berjanji tak akan menguji kamu lagi...".
TAMAT
(33 putaran (3), 2024)
Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang 33 Putaran (3). Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Sudah Dicoba Belum Diuji
Baca juga: Sekelebat Cerpen: 33 Putaran (1)
Baca juga: Sekelebat Cerpen: 33 Putaran (2)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!