Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekelebat Cerpen: 33 Putaran (1)

9 Februari 2024   10:00 Diperbarui: 9 Februari 2024   10:00 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | 33 Putaran (1)

"Ton, kucing saya ini hebat," Doni sambil menunjuk kucing kecil warna putih salju.

"Loh, apanya yang hebat, Don?," Afton ingin tahu hebatnya kucing Doni.

" Setiap kali saya buang, di manapun pasti kembali pulang, Ton."

"Ah mosok (betulkah) ?"

"Iya, sueerrr (swear/sumpah) betul Ton!," dengan nada agak tinggi, Doni mencoba meyakinkan Afton.

" Mau sueerr berapa kali pun, saya tetap nggak percaya, Don."

Dua sahabat karib sesama penggemar kucing ini nampak masih asyik dan kadang nampak tegang seperti sedang bertengkar ketika mereka memperdebatkan tentang kehebatan kucingnya Doni yang selalu bisa kembali meskipun dibuang kemanapun. Sementara Afton tidak percaya.

" Boleh saya yang membuang?," tantang Afton kepada Doni.

" Ntar bukan kamu buang tapi kamu bunuh, Ton.. kalau seperti itu ya pasti saja kucing saya nggak bisa pulang kembali, Ton," Doni merasa kuatir dan ganti sekarang dia yang tidak percaya sama Afton.

"La terus bagaimana caranya supaya kamu percaya bahwa kucingmu benar-benar telah saya buang dan tidak saya bunuh, Don?"

"Caranya, saya harus ikut, Ton."

"Oke, dil (deal tanda setuju)."

Kemudian mereka nampak sedang memperbincangkan tentang rincian teknis tentang kapan dan akan kemana, naik apa, bareng atau sendiri-sendiri untuk menuju tempat pembuangan, dan seterusnya dan seterusnya.

(33 putaran (1), 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang 33 Putaran (1). Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun