Sekelebat Cerpen | Tidak (4)
Setahu saya (seorang warga kampung puisi yang menyebut dirinya dengan "saya"), orang yang ditokohkan dan banyak diperbincangkan di warung-warung kopi pinggiran jalan tak lain dan tak bukan ya Pak La dan Pak Na'am ini. Ada yang mengagumi kepraktisannya dalam arti sangat singkat dan tak bertele-tele dalam menolong orang yang sedang kebingungan untuk menentukan putusan atau pilihan. Praktis dan singkat hanya dengan jawaban TIDAK dan YA. Jika dianalogikan mirip dengan pilihan untuk melakukan perbuatan yaitu HARAM dan HALAL. Atau dengan perkataan lain tak ada ruang jawaban yang sifatnya abu-abu atau fuzzy di antara jawaban tersebut misalnya kalau jawabannya itu adalah boleh dilakukan dan juga boleh tidak melakukan. Nah Pak La dan Pak Na'am ini mewakili suatu ketegasan jawaban atas suatu pilihan, karena pilihan jawabannya sangat tegas, pilih TIDAK atau pilih YA (tak ada pilihan untuk memilih keduanya). Tinggal orangnya saja mau mengikuti yang mana atau mau mengikuti siapa, mengikuti jawabannya Pak La ataukah mengikuti jawabannya Pak Na'am.
Rata-rata kalau diamati, orang yang hanya menemui Pak La, hasilnya tidak bingung, dalam arti sangat terbantu dalam menentukan putusan. Demikian pula, orang yang hanya menemui Pak Na'am, hasilnya juga tidak bingung. Yang bingung adalah kalau orang itu menemui keduanya.
(tidak (4), 2024)
Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Tidak (4). Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Tidak (1)
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Tidak (2)
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Tidak (3)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!