Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekelebat Cerpen: Menggali dan Membongkar (4)

1 Februari 2024   01:00 Diperbarui: 1 Februari 2024   01:01 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sebenarnya wilayah kerjanya tidak hanya di kuburan desa ini. Dia juga menerima panggilan pekerjaan sebagai tukang gali kuburan dari desa-desa lainnya. Dengan adanya hape, wilayah kerjanya semakin luas seiring bertambahnya pertemanan dengan sesama tukang gali kuburan. Bahkan tidak sebatas sebagai tukang gali kuburan, tapi juga tukang gali lainnya, di antaranya tukang gali blumbang atau lubang penimbunan sampah, juga blumbang buat kolam ikan, dan lainnya. Cuma dia dikenal sebagai tukang gali kuburan. Rumahnya dekat dengan kuburan ini hanya dipisahkan oleh jalan perkampungan yang berseberangan dengan area kuburan. Jika tidak ada order galian, sehari-harinya dia bekerja serabutan, termasuk menjaga kebersihan makam dari sampah dedaunan dan tumbuhnya rumput dan gerumbul semak yang menutupi makam. Kalau sedang ingin menyepi sendirian, biasanya dia memilih duduk sendirian di samping rumah keranda, kadang sampai pagi dia baru pulang. Boleh dikatakan, area kuburan ini sebagai rumah kedua bagi dirinya.

Terdengar suara sepeda motor yang mendekat dan diparkir di pagar samping area makam. Pengendaranya tidak lain adalah anak muda yang kemarin sudah janjian untuk bertemu dengan tukang gali kuburan. Anak muda yang dipanggilnya dengan sebutan Mas ini, datang berjalan sambil membawa bungkusan makanan kecil dan minuman ringan.

" Assalamualaikum".
"Wa alaikumsalam".

Mereka bertemu dan berbincang-bincang tentang kabar masing-masing sebelum ke inti pembicaraan yang telah direncanakan yaitu mendengarkan cerita tentang pengalaman luar biasa yang dialami oleh tukang gali kubur saat membongkar makam.

"Mas, sebenarnya pengalaman yang akan saya ceritakan ini bisa disebut luar biasa sekaligus bisa juga disebut biasa-biasa saja. Tergantung bagaimana kita membandingkannya dengan pengalaman-pengalaman lainnya. Luar biasa menurut saya bisa jadi biasa-biasa saja menurut, Mas. Demikian pula sebaliknya."

" Iya, Pak saya sepakat dengan pendapat bapak. Yang penting semua pengalaman tadi dari pengalaman yang bapak alami sendiri. Bukan pengalaman orang lain yang sumbernya adalah: katanya, katanya, dan katanya....hehehe."

Mereka duduk santai di atas tikar pandan yang sudah disiapkan oleh tukang gali kuburan. Sementara anak muda tadi membuka bungkusan makanan dan minuman ringan, masing-masing untuk dirinya dan untuk tukang gali kubur.

Setelah masing-masing selesai mencicipi makanan dan minuman yang telah dibagikan. Tukang gali kuburan melanjutkan ceritanya lagi.

"Kejadian pengalaman ini juga tengah malam lagi, Mas," Tukang gali kubur mencoba menegaskan lagi bahwa ada kesamaam kejadian antara pengalaman menggali kuburan dan membongkar kuburan.

"Kok bisa kebetulan sama ya, Pak?."

" Iya, Mas", jawab tukang gali kubur.
" Bahkan tidak hanya itu, Mas."

" Apa itu, Pak? "

" Tukang gali yang lama sakit dan tukang gali lainnya baru sembuh dari sakit."
" Berarti alamat bapak lagi yang mengerjakan pembongkaran kuburan secara sendirian."
" Iya betul, Mas."

" Tapi nggak hujan kan, Pak ?"

" Cuma gerimis kecil, tapi gerimisnya awet sejak sore sampai tengah malam."

" Tapi kenapa harus tengah malam membongkarnya, Pak?"
" Nggak tahu, Mas....bilangnya sih harus dipindahkan tengah malam ini."

" Pasti upahnya gede ya pak...hehehe,"  sambil njawil tangannya Tukang gali kubur tanda bercanda.
" Upahnya menurut ukuran saya lumayan sangat besar, Mas...lebih dari dua kali UMR,"

" Kalau dari proses pembongkaran kuburannya ada kejadian luar biasa apa, Pak? "
" Alhamdulillah proses pembongkarannya lancar, Mas."

" Lalu, luar biasanya dimana, Pak?"

" Luar biasanya ada di jumlahnya rejeki dan waktu tengah malam datangnya rejeki tersebut. Dan semua rejeki itu seperti dikhususkan untuk saya, Mas."

" Tahunya bahwa rejeki itu dikhususkan untuk bapak, tahunya dari mana, Pak?"

" Ya dari bukti tukang gali lama yang sedang sakit dan tukang gali lainnya baru sembuh dari sakit sehingga hanya saya yang mengerjakan dan hanya saya yang menerima upahnya, Mas."

Anak muda yang dipanggil Mas ini mengangguk-angguk tanda sudah memahami bahwa misteri datangnya rejeki untuk tukang gali kubur ini memang sungguh luar biasa,  sambil berucap:" heemmmm...betul juga".

" Sejak saat itu sampai sekarang saya tak mengalami kejadian luar biasa seperti itu lagi, Mas; walaupun saya sangat berharap kejadian itu bisa berulang lagi berkali-kali....hehehe."

TAMAT

(menggali dan membongkar (4), 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Menggali dan Membongkar (4). Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun