Sekelebat Cerpen | Menggali dan Membongkar (3)
Satu pengalaman luar biasa telah dia ceritakan kepada anak muda. Salah satu anak muda di antara banyak anak muda yang bertanya kepada tukang gali kubur tentang pengalaman luar biasa yang terkait dengan pekerjaannya menggali kuburan. Dari raut wajahnya nampak seperti ada yang hendak ditanyakannya lagi kepada tukang gali kubur.
Hening sejenak diterpa angin semilir sore kuburan.
Ada anak-anak kecil berlarian mengejar layangan.
Layangan tersangkut di pucuk pohon kemboja kuburan.
Mereka tak berani masuk dan langsung kompak balik badan kembali ke arah datangnya mereka. Tukang gali kubur sekilas memandang anak-anak tersebut sambil tersenyum. Tukang gali kubur sangat mengerti dan paham kenapa mereka takut. Meskipun sore hari, meskipun mereka bersama-sama ke sini. Karena di bawah sekitar pohon kemboja itulah tempat bersemayam orang yang dimakamkan tengah malam saat hujan turun dengan deras sekali disertai angin besar. Di bawah sekitar pohon kemboja itulah tanah pertama yang dia gali sendirian tengah malam ditemani satu anggota keluarga almarhum yang dikuburkan. Dan untuknya setiap kali ia masuk area makam selalu dia doakan. Meskipun bukan sanak, meskipun bukan kadang (sanak kadang/sauadara). Waktu itu dengan balutan kain kafan yang basah kuyub dia turunkan ke dalam liang lahat. Dia peluk dengan tulus ikhlas dengan penuh haru bercampur tangis karena ternyata  bukan hanya genangan dari air  hujan yang ada di liang lahat tapi juga dari rembesan darah yang keluar dari jazad yang dia kuburkan. Rahasia ini kami pegang bersama satu anggota keluarga almarhum yang saat itu dia bantu bersama-sama menurunkan jenazah ke dalam liang lahat.
"Pak, kalau pengalaman luar biasa ketika bapak membongkar kuburan...seperti apa ya pak ceritanya?."
Tukang gali kubur agak sedikit kaget  dan kembali sadar dari lamunannya.
"Iya, mas...nanti akan saya ceritakan di hari lain karena sekarang sudah sore menjelang petang."
" Besok siang ya pak, saya datang lagi ke sini?"
"Iya, mas."
Tukang gali kubur bersalaman dan saling berpamitan untuk kembali ke rumah masing-masing.
Ada perasaan berdosa kepada anak muda tadi karena dia tidak menceritakan rahasia yang sebenarnya tentang pengalaman menggali kubur di tengah malam hujan deras tersebut. . Tapi juga dilema apabila dia ceritakan rahasia itu kepada anak muda tadi, mengingat rahasia tersebut bagian dari janji yang harus dia pegang sampai mati. Â
(menggali dan membongkar (3), 2024)
Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Menggali dan Membongkar (3). Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Sudah Dicoba Belum Diuji
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!