Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekelebat Cerpen: Bertemu dengan Diri Sendiri (13)

14 Januari 2024   02:08 Diperbarui: 14 Januari 2024   04:05 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Setelah dirasa cukup masa berkabungnya di Rumah Ciptarasa, lantas Trimo berpamitan dan melanjutkan perjalanannya ke barat. Tekad niat Trimo memang dari awal sudah bulat. Berjalan dari timur ke barat dengan membawa serta utara dan selatannya. Berjalan dalam arti yang sebenarnya yaitu berjalan dengan kedua kakinya.

Ditengoknya bekal dan uang saku pemberian dari mendiang Pak Urip yang ternyata jumlahnya masih sangat banyak menurut ukuran perasaan Trimo dalam hal kepemilikan bekal dan uang. Lebih-lebih apabila dibandingkan dengan bekal sebelumnya yang lebih sering tanpa bekal dan tanpa uang. Hanya tekad, niat, dan semangat saja bekalnya selama ini di dalam melakukan perjalanan.

Setelah berjam-jam berjalan tanpa berhenti beristirahat, tibalah Trimo pada sebuah dusun yang papan namanya bertuliskan: Dusun Ciptagelar. Kemudian Trimo berusaha mencari kompleks makam yang ada di dusun tersebut. Bukan untuk berziarah, tapi untuk beristirahat melepas lelah. Sengaja ia menuju pohon besar di dalam area makam. Di bawah pohon itu, dia gelar gulungan kecil tikarnya buat berbaring meluruskan badan, meluruskan sekujur tulang. Sebelum memejamkan matanya, Trimo ajak seluruh rasa di dalam perasaannya untuk beranggapan bahwa sesungguhnya dia sekarang ini sedang beristirahat bersama-sama dengan seluruh penghuni makam, yang telah meninggal mendahuluinya.

Trimo juga mengajak seluruh rasa di dalam perasaannya agar ketika dia nanti terlelap dalam tidurnya, maka seluruh rasa di dalam perasaannya itu tetap tak berhenti untuk mencari diri Trimo yang sejati: Apakah diri Trimo yang sejati itu sudah mati, ataukah masih hidup tapi sedang tak ada di dalam diri, ataukah masih ada di dalam diri tetapi masih tertutupi tabir nafsu yang tebal menyelimuti?

(bertemu dengan diri sendiri (13), 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Bertemu dengan Diri Sendiri (13). Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun