Sekelebat Cerpen | Bertemu dengan Diri Sendiri (11)
Trimo berkali-kali mengucapkan Puji Syukur Alhamdulillah. Sudah dipertemukan dengan tiga bagian dirinya yang sangat penting sebagai perangkat kehidupan, yaitu Mata, Mulut, dan Telinganya. Akankah mereka akan bertemu lagi dengan dirinya? Trimo tidak tahu, tapi Trimo selalu berharap bisa dipertemukan lagi. Lagi-lagi Trimo merasa kudu tersenyum sendiri atas pertemuannya yang bersifat cicilan ini. Karena tidak bertemu dengan totalitas dirinya yang sejati. Trimo tak pernah putus berharap bahwa suatu saat nanti ingin dapat dipertemukan dengan keseluruhan dirinya. Apakah dengan Mata, Mulut, dan Telinganya saja ia dipertemukan? Trimo juga tidak tahu. Trimo hanya pasrah menerima pada apa yang dikehendaki oleh Gusti. Trimo manut (patuh) untuk dipertemukan dengan apapun dan dengan siapapun. Trimo yakin akan banyak pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi laku kehidupannya dengan perjumpaan-perjumpaan tersebut.
Kembali pada perjalanan Trimo yang masih panjang dari Timur ke Barat bersama pergeseran Utara dan Selatan-nya.
Trimo sampai di salah satu kota yang Pak Urip pernah menyebutkan kepada dirinya. Nama kotanya adalah CIPTARASA, sebuah kota  yang dikelilingi hutan jati yang lebat dan tinggi-tinggi, sedangkan area pembatas yang mengelilinginya dihiasi oleh bunga-bunga yang indah warna-warni dan selalu tumbuh berbunga di semua musim. Salah satu rumah besar yang terletak di pusat kota dengan taman, kebun, dan pekarangannya yang sangat luas adalah milik Pak Urip. Trimo mengetahui hal ini dari beberapa orang yang membicarakan tentang kekayaan Pak Urip, saat Trimo mampir di beberapa warung kopi. Artinya nama Pak Urip sudah sangat dikenal oleh banyak orang di Kota Ciptarasa ini.
Trimo membayangkan dengan sangat luasnya lahan kepemilikan Pak Urip ini, pasti banyak pekerjaan yang bisa ia bantu kerjakan, tentu dengan upah yang sangat menggiurkan. Pak Urip juga dikenal loman (suka memberi), dan sudah banyak masyarakat miskin perkotaan yang dihidupi melalui kesempatan kerja yang diciptakan oleh Pak Urip.
Di lain sisi, Trimo juga membayangkan akankah nanti ia akan terperangkap dalam keserbaketercukupan di Kota Ciptarasa ini sebagaimana ia terperangkap di Kota Tiban. Meskipun bentuknya lain, tetapi hakekat keterperangkapannya adalah sama, yaitu terhentinya perjalanan yang sudah ia niati untuk bertemu dengan dirinya sendiri.
(bertemu dengan diri sendiri (11), 2024)
Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Bertemu dengan Diri Sendiri (11). Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!