Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekelebat Cerpen: Pada Awalnya Bejo (9)

5 November 2023   10:00 Diperbarui: 5 November 2023   10:01 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekelebat Cerpen | Pada Awalnya Bejo (9)

Terjadi perbincangan mendalam di tepian sumber air Umbulan, Winongan. Waktunya sore hari setelah nyekar ziarah dari Makam Semendi. Perbincangan antara kakak dan adik, Sugeng dan Bagiyo. Dua pemuda anak dari Pak Slamet dan almarhumah Ibu Wilujeng.
" Kasihan bapak ya dik", kata Sugeng kepada adiknya, Bagiyo.

Bagiyo sedikit kaget mendengar kakaknya membicarakan tentang bapaknya. Karena selama ini Sugeng tak pernah membicarakan tentang bapaknya. Sugeng orangnya cuek, namun sangat patuh pabila disuruh bapaknya.

"Iya kak", balas Bagiyo singkat.

"Sejak ditinggal ibu, bapak seperti jarang tidur. Bertani, beternak, dan berdagang menggantikan ibu, semua dijalani dengan gigih. Sementara malamnya, bapak menghabiskan waktunya di masjid hingga selesai subuh", lanjut Sugeng mengutarakan tentang pekerjaan sehari-hari bapaknya yang tanpa merasa lelah bekerja dan beribadah.

"Iya kak, semua yang bapak lakukan demi kita. Tak pernah mengeluh. Bapak memberi contoh dengan berbuat,"  kata-kata balasan Bagiyo mengomentari tentang rasa kasihan kakaknya kepada bapaknya.

Sugeng agak terhenyak kaget mendengar tanggapan dari adiknya. Lalu terlintas dalam pikiran Sugeng tentang kakak sulungnya, Bejo yang sedang rajin membantu bapaknya berdagang di Pasar Karangketug, dan tak jarang ikut bersama bapaknya semalaman suntuk beritikaf di masjid hingga selesai subuh.

Perbincangan singkat namun mendalam yang mengandung pesan tentang sosok orang tua yang meninggalkan atau mewariskan sejarah yang baik bagi anak-anaknya, yaitu tanggungjawab dan keteladanan.

 

Dari jauh nampak mereka sangat serius berbincang hingga menjelang maghrib, kemudian balik lagi menuju Makam Semendi, tepatnya menuju masjid yang berada dalam lokasi Makam Semendi. Mereka nampak akrab sekali.

Bagi orang lain mungkin tak menyangka kalau mereka itu kakak beradik. Orang lain mungkin menyangka bahwa mereka itu teman seperjalanan ziarah para wali yang mampir bertawasul di Semendi.

(pada awalnya bejo (9), 2023)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sederhana untuk menceritakan tentang Pada Awalnya Bejo (9). Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun