Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Daftar Judul Puisi: Arsip Puisi Bagian Kedua Puluh Satu

20 Februari 2023   21:37 Diperbarui: 11 Maret 2023   19:37 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen karya pribadi (Karya Bambang Syairudin)

Daftar Judul Puisi: Arsip Puisi Bagian Kedua Puluh Satu

(Arsip Wajah Puisi Bams)

Daftar judul puisi dari arsip puisi bagian kedua puluh satu ini merupakan kelanjutan dari daftar judul puisi dari arsip puisi bagian kedua puluh, dan hanya berisi daftar judul puisi, bukan berisi konten puisi.

Judul-judul puisi tersebut disusun berdasarkan kronologis penayangannya hingga jumlahnya mencapai seratus judul puisi. Setelah bagian kedua puluh satu ini berisi seratus judul puisi, maka akan dilanjutkan ke bagian kedua puluh dua, dan seterusnya.

Daftar judul puisi di dalam daftar isi di bawah ini pada awalnya adalah kosong.
Kemudian setiap harinya, jika ada puisi yang tayang atau jika ada puisi yang akan dijadwalkan tayang, maka perlahan-lahan daftar isinya akan terisi hingga jumlahnya mencapai 100 judul puisi.

DAFTAR ISI (Daftar Judul Puisi):

1. Puisi | Rencana Merinci Setidak-tidaknya

2. Fibonacci Puisi: Setidak-tidaknya Sudah Berniat Baik

3. Fibonacci Puisi: Setidak-tidaknya Sudah Belajar Baik

4. Fibonacci Puisi: Setidak-tidaknya Sudah Bekerja Baik

5. Micro Puisi: Setidak-tidaknya Sudah Berikhtiar Baik

6. Micro Puisi: Setidak-tidaknya Sudah Berpikiran Baik

7. Nano Puisi: Setidak-tidaknya Sudah Berperasaan Baik

8. Nano Puisi: Setidak-tidaknya Sudah Berprasangka Baik

9. Macro Puisi: Setidak-tidaknya Sudah Menyenangi yang Baik

10. Macro Puisi: Setidak-tidaknya Sudah Membiasakan yang Baik

11. Puisi | Rencana Merinci Jangan Mengkritik

12. Macro Puisi: Jangan Mengkritik Keterbatasan

13. Macro Puisi: Jangan Mengkritik Kesederhanaan

14. Nano Puisi: Jangan Mengkritik Keyakinan

15. Nano Puisi: Jangan Mengkritik Ketulusan

16. Micro Puisi: Jangan Mengkritik Keturunan

17. Micro Puisi: Jangan Mengkritik Kelahiran

18. Macro Puisi: Jangan Mengkritik Kesialan

19. Macro Puisi: Jangan Mengkritik Keadaan

20. Fibonacci Puisi: Jangan Mengkritik Pemberian

21. Puisi | Rencana Merinci Tingkat

22. Micro Puisi: Tingkat Keterbukaan Hati

23. Micro Puisi: Tingkat Keterpengaruhan Emosi

24. Micro Puisi: Tingkat Kehati-hatian Membawa Diri

25. Macro Puisi: Tingkat Ketakutan Mendekati

26. Macro Puisi: Tingkat Kemampuan Menjauhi

27. Nano Puisi: Tingkat Kerelaan Bertoleransi

28. Nano Puisi: Tingkat Kemauan Berbagi

29. Fibonacci Puisi: Tingkat Kemengalahan Diri

30. Fibonacci Puisi: Tingkat Kesadaran Mawas Diri

31. Puisi | Rencana Merinci Pengalaman

32. Macro Puisi: Pengalaman Bayi

33. Macro Puisi: Pengalaman Remaja

34. Micro Puisi: Pengalaman Suka

35. Micro Puisi: Pengalaman Duka

36. Nano Puisi: Pengalaman Lahir

37. Nano Puisi: Pengalaman Batin

38. Fibonacci Puisi: Pengalaman Dewasa

39. Fibonacci Puisi: Pengalaman Menua

40. Macro Puisi: Puncak Pengalaman (Kematian)

41. Puisi | Rencana Merinci Peta Jalan

42. Macro Puisi: Peta Jalan Berliku

43. Macro Puisi: Peta Jalan Lurus

44. Fibonacci Puisi: Peta Jalan Pilihan

45. Micro Puisi: Peta Jalan Angan-Angan

46. Micro Puisi: Peta Jalan Kenyataan

47. Nano Puisi: Peta Jalan Perjuangan

48. Nano Puisi: Peta Jalan Kemalasan

49. Macro Puisi: Peta Jalan di antara Banyak Jalan

50. Fibonacci Puisi: Peta Jalan Suci yang Tidak Kelihatan

51. Puisi | Rencana Merinci Ada Masanya Puisi

52. Fibonacci Puisi: Ada Masanya Puisi Curahan Hati

53. Fibonacci Puisi: Ada Masanya Puisi Kemelut Diri

54. Nano Puisi: Ada Masanya Puisi Temuan Nurani

55. Macro Puisi: Ada Masanya Puisi Urusan Hidup Mati

56. Macro Puisi: Ada Masanya Puisi Luapan Protes Diri

57. Nano Puisi: Ada Masanya Puisi Mengendapkan Arti

58. Micro Puisi: Ada Masanya Puisi Mengikuti Tarikan Nafas Ini

59. Micro Puisi: Ada Masanya Puisi Membayangi Batin Ini

60. Macro Puisi: Ada Masanya Puisi Mengajak Kelana Keluar Diri

61. Puisi | Rencana Merinci Tentang

62. Micro Puisi: Tentang Ketidaksepakatan

63. Micro Puisi: Tentang Ketidakwajaran

64. Micro Puisi: Tentang Kekayaan

65. Macro Puisi: Tentang Kelebihbaikan

66. Macro Puisi: Tentang Keegoisan

67. Macro Puisi: Tentang Malu

68. Nano Puisi: Tentang Sebagian Besar Urusan

69. Nano Puisi: Tentang Sebagian Besar Harapan

70. Fibonacci Puisi: Tentang Sebagian Besar Sesalan

71. Puisi | Rencana Merinci Selagi Bisa

72. Macro Puisi: Selagi Bisa Menyaksikan

73. Macro Puisi: Selagi Bisa Mendengarkan

74. Macro Puisi: Selagi Bisa Mengatakan

75. Macro Puisi: Selagi Bisa Menuliskan

76. Micro Puisi: Selagi Bisa Menerima Tuntunan

77. Fibonacci Puisi: Selagi Bisa Merelakan Kehilangan

78. Micro Puisi: Selagi Bisa Mengupayakan Kebaikan

79. Nano Puisi: Selagi Bisa Meluangkan Waktu

80. Nano Puisi: Selagi Bisa Mengkhusukkan Qalbu

81. Puisi | Rencana Merinci Penyebab

82. Nano Puisi: Penyebab Dicintai

83. Micro Puisi: Penyebab Dibenci

84. Nano Puisi: Penyebab Dicemburui

85. Micro Puisi: Penyebab Dicurigai

86. Macro Puisi: Penyebab Tak Sabar Hati

87. Macro Puisi: Penyebab Tak Hati-Hati

88. Macro Puisi: Penyebab Tak Rela Hati

89. Fibonacci Puisi: Penyebab Tak Didekati

90. Fibonacci Puisi: Penyebab Tak Dijauhi

91. Puisi | Rencana Merinci Ternyata

92. Nano Puisi: Ternyata Ia Bisa Menangis Juga

93. Nano Puisi: Ternyata Kata Bisa Melukainya

94. Micro Puisi: Ternyata Ia Bisa Tersenyum Manja

95. Micro Puisi: Ternyata Hanya Salah Paham Saja

96. Macro Puisi: Ternyata Ia Bisa Memahaminya

97. Macro Puisi: Ternyata Musibah Mengajarinya

98. Nano Puisi: Ternyata Ia Bisa Merasakannya

99. Micro Puisi: Ternyata Damai Ada di Hatinya

100. Macro Puisi: Ternyata Bukti Ada di Akalnya






Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun