Fibonacci Puisi: Menurun Turun Temurun
menurun
turun temurun
demikian seterusnya
sejarah telah mencatat banyak buktinya
kitapun
bisa menyusun
sejarah dari prilaku
perbuatan yang tlah kita lakukan itu
samakah
antar kedua
sejarah di luar diri
dan sejarah prilaku perbuatan diri
pabila
ada yang beda
lebih baik yang manakah
antar keduanya dari sisi dampaknya
(menurun turun temurun, 2022)
Puisi keempat dari delapan hasil rincian puisi tentang naik turun, khususnya tentang menurun turun temurun. Semoga bermanfaat.
Catatan:
Puisi yang terdiri dari empat bait ini
menggunakan deret fibonacci sebagai berikut:
Bait pertama, tersusun dari empat baris dengan
jumlah suku kata (jumlah ketukan) untuk
setiap barisnya mengikuti
deret fibonacci:
3, 5, 8, 13.
Bait kedua, tersusun dari empat baris dengan
jumlah suku kata (jumlah ketukan) untuk
setiap barisnya mengikuti
deret fibonacci:
3, 5, 8, 13.
Bait ketiga, tersusun dari empat baris dengan
jumlah suku kata (jumlah ketukan) untuk
setiap barisnya mengikuti
deret fibonacci:
3, 5, 8, 13.
Bait keempat, tersusun dari empat baris dengan
jumlah suku kata (jumlah ketukan) untuk
setiap barisnya mengikuti
deret fibonacci:
3, 5, 8, 13.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H