Fibonacci Puisi: Di Bukit Angin Puisi
ketika pendakian rasa ini sampai
di bukit angin puisi
angan puisi
terhenti
tertahan
di mata angin
yang di kiri tidak pasti
di belakang bimbang yang di depan ilusi
sedangkan yang ke kanan pasti menemui
perasaannya puisi
yang dimaknai
di sini
karena
jalan ke kanan
jalan dari hulu rasa
ke muara makna yang sering diragukan
(di bukit angin puisi, 2022)
Rincian pertama dari limabelas perasaan puisi yang mencoba memberikan simbolisasi tentang perjalanan untuk menghilangkan kebimbangan. Yaitu  dengan melalui jalan ke kanan dan mendaki menyibak kabut ilusi guna menemukan kebenaran yang hakiki meski pada awalnya sering diragukan.  Semoga bermanfaat.
Catatan:
Deret fibonacci yang digunakan dalam puisi ini:
Bait pertama, empat baris dengan jumlah suku kata (jumlah ketukan) sesuai deret fibonacci: 13, 8, 5, 3.
Bait kedua, empat baris dengan jumlah suku kata (jumlah ketukan) sesuai deret fibonacci: 3, 5, 8, 13.
Bait ketiga, empat baris dengan jumlah suku kata (jumlah ketukan) sesuai deret fibonacci: 13, 8, 5, 3.
Bait keempat, empat baris dengan jumlah suku kata (jumlah ketukan) sesuai deret fibonacci: 3, 5, 8, 13.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!