Fibonacci Macro Puisi: Ranjang yang Membaringkan Malam
(merebahkan ranjang yang membaringkan malam
di atas gundukan makam
saat detak jam
terdiam)
semua renungan sore yang belum usai
dipaksakan selesai
tangis mulai
ramai
biasa
ini biasa
dan sering kejadiannya
dan juga bentuk pengulangannya tak beda
(malam nidurkan sepi, ranjang dingin sunyi
dan mimpi yang mendatangi
para pemimpi
tlah pergi)
semua
rangkaian doa
tlah dipanjatkan semua
tangisan duka juga tlah mengiringinya
(ranjang yang membaringkan malam , 2021)
Puisi metafora suasana perkabungan dan pengulangan kejadian-kejadian yang mengakibatkan kematian. Itu semua tak terpahami kalau hanya dalam sekali renungan saja.
Fibonacci Puisi ini menggunakan pola deret fibonacci sebagai berikut:
Bait pertama, terdiri dari empat baris mengikuti pola deret fibonacci: 13, 8, 5, 3.
Bait kedua, terdiri dari empat baris mengikuti pola deret fibonacci: 13, 8, 5, 3.
Bait ketiga, terdiri dari empat baris mengikuti pola deret fibonacci: Â 3, 5, 8, 13.
Bait keempat, terdiri dari empat baris mengikuti pola deret fibonacci: 13, 8, 5, 3.
Bait kelima, terdiri dari empat baris mengikuti pola deret fibonacci: 3, 5, 8, 13.
Angka melambangkan jumlah suku kata atau penggalan bunyi kata atau ketukan nada.
Semoga dengan tambahan penjelasan tersebut dapat bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!