[Ini Bukan Puisi | Ini Bukan Puisi]*
hanya sekadar ingin menyampaikan saja di sini tentang ini bukan puisi
agar tidak menjadi keliru ketika sedang menjajagi meraba-raba arti
sehingga bisa jadi menjadikan bertanya-tanya apa ya bedanya ini
kok perlu-perlunya atau bahasa jawanya kok kober-kobere ngurusi
kayak kurang kerjaan saja menggolong-golongkan ini bukan puisi
andai boleh menganalogikan beda "ini bukan puisi" dan "ini yang puisi"
yaitu dengan analogi "ini bukan manusia" dan "ini yang manusia"
kenapa kok analoginya dengan manusia? ya agar mudah saja
karena kita manusia setiap hari badannya selalu kita bawa-bawa
demikian pula puisi selalu ada kata-kata berbaris-baris di dalamnya
ketika kita saking kagumnya pada sifat baik manusia tertentu
bisa jadi ungkapan rasa salut yang kita ucapkan adalah
dia "bukan manusia" tapi dewa penolong
demikian pula ketika kita saking kesalnya pada sifat buruknya
maka bisa jadi kita kelepasan mengatakan bahwa
"dia bukan manusia" tapi iblis, dan seterusnya, dan seterusnya
kembali pada pembicaraan tentang ini bukan puisi, ringkasnya
yang hendak disasar adalah keberadaan sifat fiksinya beserta
kandungan ilusi, imajinasi, dan juga basa-basinya
"ini bukan puisi" bisa jadi sangat vulgar di satu sisi
atau sebaliknya sangat lebay di sisi lainnya, karena
ingin menunjukkan apa adanya tanpa bertameng
pada metafora dan kosmetika diksi, itu saja
(bukan bukan, 2021)
*Ini Bukan Puisi, tentang penjelasan perbedaanÂ
antara "ini bukan puisi" dan "ini yang puisi"Â
untuk membantu memudahkanÂ
menyamakan persepsi
ketika mencobaÂ
memaknai isi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!