Macro Puisi: Ketenagaan Nelangsa
Â
senasib sesama nelangsa bila berkumpul sepuluh saja
ketenagaannya bisa luar biasa lebihi sejuta  senasib sesama
gembira karena sumber tenaganya beda, yang satu dari
keprihatinan sungkawa, sementara yang lain dari sumber
luberan sukacita yang bisa sebabkan terlena dari waspada
kini wabah derita hampiri semua merata tiada beda-bedakan
segala yang bikin beda; Â semua dimasukinya melalui udara yang
bercampur percikan liur ludah kita, lebih-lebih bila kita suka tak henti bicara,Â
terus bicara terus bicara terus tak berikan kesempatan bicara buat hatinya sendiri yang bicara, Â
gantian bicara dengan mulutnya, tapi mulut terus bicara dan bicara hingga hati mengalah diam saja,Â
diam saja lalu mulut hidung terbuka beradu terbuka  dengan lainnya, akhirnya wabah menimpa bersama;Â
wabah berdendang di dalam tubuh-tubuh kita dan di dalam udara, Â lalu mengkonserkan pilihan lagu-lagu derita
mestinya setelah sadar dari terlena kita lekas saling kumpulkan ketenagaan waspada
kumpulkan pula ketenagaan senasib sesama nelangsa dan menghimpun semuaÂ
ketenagaan nelangsa itu tuk temukan sendiri jalan keluarnya; tidak mengulangi tunggu Â
dicarikan dulu oleh pihak lainnya;  agar kita  tak semakin terlambat;Â
wahai,  lihatlah betapa  mayat-mayat itu sudah mulai tak tertampung lagi di berbagai tempat;Â
wajah-wajah sekarat itu lambat atau cepat mulai menyusul pucat!
Â
(wabah, 2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!