Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Monolog 1: Perjumpaan

26 Mei 2021   06:34 Diperbarui: 26 Mei 2021   06:51 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen karya pribadi (Karya Bambang Syairudin)

Monolog 1: Perjumpaan

Semestinya engkau ketahui, anakku, bahwa perjumpaanmu denganku, juga dengan ibumu, bukanlah benar-benar awal dari suatu perjumpaan. Perjumpaan yang kaurasakan seakan awal ketika kau dalam belaian ibumu itu adalah nisbi.

Lihatlah ke dalam cermin yang memantulkan gambar bola matamu nan indah itu. Di sana, nun jauh di belakang bola matamu itu, anakku; berjuta tak berhingga tahun cahaya, engkau telah pernah berjumpa denganku, jua dengan ibumu.

Anakku, Filasafia, janganlah engkau senantiasa mengawali suatu perjumpaan jika engkau sendiri telah mengetahui bahwa sebenarnya tidak ada perjumpaan yang hakiki, karena hakiki perjumpaan adalah ketika awal segala semua diciptakan. Serentak. Sekejap....dan ...lebih dari sekedar kata sekejap, anakku.

Anakku, pernahkah terlintas dalam benakmu, saat ketika engkau berjumpa dengan embun, air, laut, gunung, api, orang, dan benda-benda di sekelilingmu itu, suatu awal dari perjumpaanmu denganku, jua dengan ibumu?

Dan, pernahkah, engkau rasakan, bahwa segala yang telah engkau jumpai itu sebenarnya telah ada dalam dirimu?

Filasafia, anakku, yakinkah engkau andai dalam seumur hidupmu itu tanpa pernah berjumpa dengan mereka, sebenarnya engkau telah menjumpai mereka itu di dalam dirimu?

Cermatilah anakku bahwa perjumpaan tidak dapat di batasi oleh kesadaran belaka. Demikian pula sebaliknya, ada dan tidak adanya sesuatu tidak bergantung kepada kesaksianmu dan perjumpaanmu.

Filasafia, anakku, jauh hari sebelum engkau sendiri merasakan kasih sayangku dan kasih sayang ibumu, kasih sayang kami berdua telah tercipta dan membekas dalam sudut bola matamu nan indah itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun