Monolog 1: Perjumpaan
Semestinya engkau ketahui, anakku, bahwa perjumpaanmu denganku, juga dengan ibumu, bukanlah benar-benar awal dari suatu perjumpaan. Perjumpaan yang kaurasakan seakan awal ketika kau dalam belaian ibumu itu adalah nisbi.
Lihatlah ke dalam cermin yang memantulkan gambar bola matamu nan indah itu. Di sana, nun jauh di belakang bola matamu itu, anakku; berjuta tak berhingga tahun cahaya, engkau telah pernah berjumpa denganku, jua dengan ibumu.
Anakku, Filasafia, janganlah engkau senantiasa mengawali suatu perjumpaan jika engkau sendiri telah mengetahui bahwa sebenarnya tidak ada perjumpaan yang hakiki, karena hakiki perjumpaan adalah ketika awal segala semua diciptakan. Serentak. Sekejap....dan ...lebih dari sekedar kata sekejap, anakku.
Anakku, pernahkah terlintas dalam benakmu, saat ketika engkau berjumpa dengan embun, air, laut, gunung, api, orang, dan benda-benda di sekelilingmu itu, suatu awal dari perjumpaanmu denganku, jua dengan ibumu?
Dan, pernahkah, engkau rasakan, bahwa segala yang telah engkau jumpai itu sebenarnya telah ada dalam dirimu?
Filasafia, anakku, yakinkah engkau andai dalam seumur hidupmu itu tanpa pernah berjumpa dengan mereka, sebenarnya engkau telah menjumpai mereka itu di dalam dirimu?
Cermatilah anakku bahwa perjumpaan tidak dapat di batasi oleh kesadaran belaka. Demikian pula sebaliknya, ada dan tidak adanya sesuatu tidak bergantung kepada kesaksianmu dan perjumpaanmu.
Filasafia, anakku, jauh hari sebelum engkau sendiri merasakan kasih sayangku dan kasih sayang ibumu, kasih sayang kami berdua telah tercipta dan membekas dalam sudut bola matamu nan indah itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI