Senandung hujan rintik nan kesepian. Bernuansa kelabu terkadang biru. Â Dalam senyap yang mendekap makin lekat.Â
Semburat nyanyian warna. Tadinya temaram, lalu dilumat oleh gelap yang makin pekat. Rinduku sedang mengharu biru. Ingin sekali segera bertemu.
Ketika makin kelabu, engkau terkesan makin termangu. Ingatan berjalan menjauh, tak mau pedih perih diunduh. Seperti rindu ini. Semakin dikejar, semakin terlihat samar.
Kini ku berusaha memetikmu. Mumpung sedang ranum bermata sayu. Cukup sekilas saja tak usah berlama-lama. Bersiap jika bunga itu hilang goyang, rantingnya patah kaku.
Sebenarnya ku ingin menjadi akar. Tenteram di tanah, mampu menjalar. Berkawan nutrisi, penyubur cinta. Tahu apa yang sedang dibutuhkan bunga.
Saat ini pagi merangkak ke siang. Tapi belumlah terang benderang. Engkau memekar diam-diam. Hiasan pagi itu terasa indah nian. Sebelum engkau layu, kembali ke haribaan.
Semoga ini bukan termasuk indah kabar dari rupa. Hati cemberut, dibalut dengan senyuman hampa. Demi citra bak wangi bunga mekar belaka.
Berbalut nuansa ungu. Aku berharap bermunculanlah putik pengobat rindu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI