Batu dan hujan, mendekap berpelukan, lintasi malam. Bertemu pagi, kenang kerlip yang hilang, menepi suwung. Rinduku terkepung, saat sedang bermenung, terdengar gaung.
Kini menghilang, batu jatuh ke lubuk, mungkin terpuruk. Tidak bersanding, kini saling berpaling, hatinya dingin. Ingat pepatah, "gething ananging nyandhing", beradu keras. Tidak mengalah, mundur hanya selangkah, sulit tak mudah. Rebut pengaruh, egoisme beradu, di air keruh.
Lempar batu ke luar, terkesan bar-bar, citra tercemar. Jaga hubungan, selama masih bisa, lebih mulia.
Jika batu terpatah, hilang kehendak, tidur tak nyenyak. Batu ditanak, kapan pun tak kan masak, tiada dampak. Ingin berubah, sepanjang langkah lelah, makin gelisahÂ
"Watu kang saru, Â ngglundhung mengisor, Â dadine asor".
Tak ada batu, jatuh deras ke atas, hempas di bawah. Namun begitu, masih jadi pilihan, yang menyamankan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H