Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Membaca Hati Bunga

10 Oktober 2022   04:47 Diperbarui: 10 Oktober 2022   05:48 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Book Garden" karya Mila Marquis  -  Bersumber dari twitter Marysia

Warna dan aroma, itu andalannya puspa. Mampu menjadi pengganti kata. Di saat cinta mau pun duka. 

Dalam jagad peribahasa, bunga angin jadi pertanda. Puting beliung kan tiba. Demikian pula bunga api. Percikannya bisa jadi awal dari kobaran yang mengerikan sekali.

Tetapi katakanlah tidak untuk bunga hati. Di saat datang, membawa aroma mewangi. Jika pun pergi, akan disesali. 

Di saat genting, yang dipetik hanyalah bunga mulut. Badai kata keji menghampiri. Kesalahan kecil menjadi awal menuju akhir yang disesali.

Membaca bunga tangkai berduri, menantang sekali. Walau telah disentuh hati-hati, masih mampu melukai. Menduga hati, sulit sekali.

Sebenarnya mereka tak bisa berkata apa-apa. Tetapi karena telanjur dijadikan lambang, kadang mampu mencerminkan perasaan. Cobalah dirawat sepenuh hati. Mereka pasti tahu diri. Tiada membedakan lagi tangan halus atau kasar. Wangi bunganya "angambar-ambar".

Citra diri itu seperti aroma juga. Bisa asli, atau dibuatkan tiruan. Saat diharum-harumkan, sayup-sayup seperti "kembang rawat-rawat". Baunya segar menyengat, tetapi dihembuskan secara tidak terhormat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun