Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hanyut dalam Banjir Emosi yang Penuh Kesia-siaan

2 Oktober 2022   07:43 Diperbarui: 2 Oktober 2022   07:49 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karya Keji Huematsu  - Bersumber dari twitter Ramin Nasibov

Keonaran, lebih disukai tinimbang ketenangan. Kematian, dikira lambang keberanian. Saat riak air bergerak mendendam, emosi terbang melayang. Kematian dijemput dengan kesia-siaan.

Duka dimulailah sudah. Seharusnya hidup ini menghilir dengan mudah. Membuka peluang untuk berjuang. Tidak mengembangkan perasaan berlebihan. Jika mampu menaklukkan hulu, pasti akan nyaman berperahu.

Air mengalir bisa jadi banjir. Pasti karena diganggu hambatan yang tak berkesudahan. Nyawa melayang sia-sia mengambang. Seperti ranting kering, patahan dahan, dan batang pohon yang hanyut lalu lapuk tersangkut. 

Kebanggaan itu tidak selalu diunduh ketika menang. Tidak mau kalah mengatasnamakan gejolak kedaerahan. Itu kebanggaan semu. Jika dicari-cari tidak akan ketemu.

Daun kering yang mengambang dalam perjalanan, barangkali malah meringankan langkah. Jika menghadapi kesulitan, malah bertemu hikmah. Permata pun begitu. Ia indah karena luka tergores. Berkilau memukau, tidak menghancurkan batu karena selalu berseteru.

Tentu saja, air secawan tidak akan mampu menaklukkan deburan ombak menggelombang.

 "Kanepson iku kembange pati." Ujungnya hanya menyebabkan banjir bandhang tawuran yang tak berkesudahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun