Obrolan di atas awan. Sekitar sumber rasa suka dan duka. Mereka mengupas kulitnya. Barangkali ketemu sumber permasalahannya.Â
Awan bersaksi, sering dijadikan tempat buangan  emosi. Rasa negatif seperti sampah plastik. Sulit diolah oleh bumi. Suatu saat sulit bernapas, tersengal-sengal tak bisa lepas lagi.
Hanya indera yang mampu merasakannya. Lahir batin, mengenyahkan ingin. Bumi pun semakin renta. Menunggu hujan, alangkah lamanya.
Hujan itu tangis bumi. Mereka menelenggamkan emosi. Hasrat dan kehendak sulit bernapas. Terendam lumpur iri takabur. Tadinya bumi masih mampu melawan tanpa gentar. Lama-lama pasrah tercemar.
Obrolan di atas awan, mencari titik awal tertutupnya akal pikiran dan perasaan. Â Dalam suka cita maupun duka, terasa penuh luka. Suksma terpanggang, sulit lagi kembali berdendang.
Dalam suasana melupakan suka cita, Â bumi kehilangan bobot bermakna. "Uripa kang mentes, supaya bisa mentas. Longa est vita si plena est".Â
Obrolan di atas awan pun terhenti, tak berkelanjutan.