Kumbang betah berduaan. Terbebas dari rasa mencekam. Terbang di sekitar bebungaan. Itu menjadi berkah harian.
Tapi kenapa bisa rentan ? Padahal sehari-hari bergelimang sejuk wewangian. Ada saja gara-garanya. Jalan saling mendahului. Tidak menyapa selamat pagi. Asyik dengan lamunan sendiri. Remeh sekali.
Berjalan berdua mesti fokus. Sambil mengunyah makna kata " Urip iku urup. Ngurupi urip supaya guna mring sapadha-padha. Non nobis solum nati sumus".
Bunga jarang yang berangkulan. Tapi sering mekar dan layu bersamaan. Masa lalu, kini, dan mendatang terhubung dengan satu nafas kebersamaan. Tidak lekang oleh panas dan hujan.
Jika rasa telah menyatu, batu pun terasa empuk. Kelemah lembutan terkadang malah menjadi kekuatan. Tadinya enggan, menjadi mau.
Menaklukkan hati tidak perlu dengan mengeraskan pukulan. Itu karena masing-masing punya ketahanan. Binatang tahan palu, manusia tahan kias. Jika hanya dengan elusan kata nan lembut saja bisa, kenapa suka mempermalukan ?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H