Kopi hitam pandai menyembunyikan dendam. Jika diaduk dengan hati-hati, asap iri  kan pergi. Tinimbang  dendam kesumat, lalu bertingkah laku tidak terhormat.
Setelah  diaduk lalu disruput. Tiada bersisa karena tandas. Sedikit ampas, cukuplah untuk menghapus jejak bekas. Sejak berpisah seminggu lalu, inilah rasa sakit yang paling ganas.
Akan kubiarkan cangkir kopi itu. Siapa tahu diisi ilham untuk melupakanmu. Jika ketemu nanti, baru kan kucuci bersih kenangan lalu.
Sementara tak ingin minum kopi hitam dulu. Jika dicampur susu, barangkali warnanya jadi abu-abu.Â
Pernah di suatu waktu, ada stori tentang kopi susu. Mata kita sekali-kali bertubrukan di antara warna putih susunya. Bibir cangkir pun tersipu-sipu. Kok kebetulan, di lokasi angkringan diguyur gerimis hujan. Dalam kenangan kopi susu, kita pernah basah kuyup jadian.
Kopi susu bertambah gurih jika diaduk dengan sendok rindu. Saat masih hangat, disruput tanpa ragu. Hati kopi dan rindu susu, terkesan sudah menyatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H