Ceria atau susah, bisa berpengaruh ke ekspresi wajah. Seolah ingin berkata : "Aku menyaksikan kamu, kamu pun perlu menyaksikan aku".
Setelah melewati kurun waktu, ia berubah menjadi kenangan. Barangkali tentang kepolosan, yang tidak memanggul beban. Itu indah dijadikan kisah perjalanan.
Kepolosan bukanlah wajah karikatural. Yang mengundang pertentangan dengan kenyamanan kenyataan.
Ekspresi adalah perubahan air muka. Bersifat lintas usia. Saat belia hingga manula.
Wajah itu lambang cetusan atau luapan hati. Bisa saja menggantikan pernyataan atau ungkapan. Seandainya punya kemampuan, "bisa dadi pratandha supaya tanggap ing sasmita". Punya kemampuan menangkap isyarat yang tersirat.
Ketersiratan itu bagian dari gejolak hati. Kenapa kok ada kemarahan tanpa sebab. Tak lagi mampu mengenal siapa kawan, siapa lawan. Membuat status tiada guna. Memberi, tidak memerhatikan adab. Dan selalu tertarik terhadap hoaks.
Ekspresi wajah polos, lebih banyak dimiliki oleh bocah-bocah. Mereka belum mengenal pencitraan agar dikenal lebih pandai. Atau takut sekali dikatakan bodoh. Anak-anak mengalirkan perilaku yang kebih jernih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI